MENGAPA KEBENCIAN TERHADAP ISLAM TERUS DIHIDUPKAN

MENGAPA KEBENCIAN TERHADAP ISLAM TERUS DIHIDUPKAN

 Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Kasus pembakaran al-Quran dan penghinaan terhadap Nabi Muhammad di sejumlah negara Eropa menunjukkan, bahwa kebencian terhadap Islam, begitu mudah dibangkitkan dan mendapat dukungan sebagian masyarakat Eropa. Mengapa aksi-aksi intoleran dan biadab itu terus dilakukan?

            Dalam bukunya, “Muhammad, A Biography of the Prophet”  (1996), Karen Armstrong menggambarkan keresahannya, bahwa di Eropa pada tahun-tahun belakangan ini,  kebencian lama terhadap Islam mulai terus dibangkitkan. “Orang-orang Eropa mudah menyerang Islam, walaupun mereka hanya tahu sedikit tentang Islam,” tulis Armstrong, mantan biarawati yang banyak menulis buku tentang Islam, Yahudi, dan Kristen.

Apa yang ditulis Armstrong tidak berlebihan. Eropa memiliki sejarah yang panjang dalam berhadapan dengan Islam. Dan belakangan, sebagian kalangan intelektual ‘neo-orientalis’ Yahudi seperti Prof. Bernard Lewis,  membangkitkan kembali sejarah lama itu dengan paduan skenario ‘benturan antar-peradaban’ (clash of civilizations) pasca Perang Dingin. Begitu Perang Dingin usai, Lewis sudah memunculkan wacana “clash of civilizations”, dalam artikelnya berjudul “The Roots of Muslim Rage” di Jural “Atlantic Monthly”  edisi September 1990. Artikel ini muncul sebagai persiapan penentuan musuh baru bagi Eropa/Barat usai Perang Dingin.

Bernard Lewis  menyebut peradaban Barat dengan sebutan “Christian Civilization”, dengan unsur utama agama Kristen. Lewis membuka bukunya, “Islam and the West”,  dengan ungkapan, bahwa lebih dari 1400 tahun Islam dan Dunia Kristen telah hidup saling berdampingan, sebagai tetangga, sering sebagai rival, dan kadan-kadang sebagai musuh antar sesama. (For more than 1,400 years, since the advent of Islam in Arabia and the incorporation into the Islamic empire and civilization of the formerly Christian eastern and southern shores of Mediterranean, Islam and Christendom have lived side by side – always as neighbours, often as rivals, sometimes as enemies).  

Dalam bukunya yang lain, The Muslim Discovery of Europe, Lewis memulai dengan bab berjudul ‘Contact and Impact’. Ia mencatat, sejak awal mula perkembangannya,  Islam telah melakukan kontak fisik dengan dunia Kristen. Ketika Nabi Muhammad saw memulai misinya pada awal abad ke-7, seluruh kawasan wilayah Laut Tengah  (Mediterrania) adalah bagian dari wilayah Kristen (Christendom), yang kemudian berganti menjadi wilayah Islam. Sejak awal perkembangannya, Islam telah mengancam eksistensi Dunia Kristen (Christendom).

            Tetapi, wacana untuk membangkitkan kewaspadaan khusus orang-orang Barat terhadap Islam tampak jelas dalam bukunya “The Crisis of Islam: Holy War and Unholy Terror (2004)”.  Sebagai bagian dari skenario kelompok neo-konservatif – yang antara lain terdiri atas kelompok Kristen fundamentalis dan kelompok Yahudi sayap kanan --  upaya membangkitkan kebencian lama Barat terhadap Islam bisa memiliki sejumlah tujuan: (1) sebagai bagian dari upaya untuk menyatukan Eropa (juga masyarakat Barat)  kembali sebagai satu kekuatan Kristen sebagaimana terjadi dalam Perang Salib yang dimulai tahun  1095, dan (2) upaya mengalihkan dukungan masyarakat Eropa terhadap perjuangan Palestina, (3) kepentingan dukungan politik dalam negeri negara tertentu.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/mengapa-kebencian-terhadap-islam-terus-dihidupkan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait