Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 4 Desember 2019 lalu, Muhammad Zakki Azani lulus doktor bidang pemikiran Islam dari Raja Zarith Sofiah Center for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization Universiti Teknologi Malaysia (RZS-Casis-UTM). Judul disertasinya ialah: “Pemikiran HM Rasjidi tentang Islam dan Modernisme di Indonesia”.
Disertasi ini merupakan dokumentasi penting atas pemikiran dan perjuangan seorang ilmuwan besar Indonesia, bernama Prof. HM Rasjidi (1915-2001). Tidak banyak ilmuwan Muslim seperti Prof. HM Rasjidi. Setelah mengenyam berbagai pendidikan tinggi di Barat, akhirnya justru bersikap kritis terhadap Barat dan orientalis. Ia sempat belajar dan mengajar di sarang orientalis di Barat. Bahkan, ia sempat berdebat dengan seorang tokoh orientalis di McGill, yaitu Prof. Joseph Schacht.
Wartawan kawakan Rosihan Anwar melukiskan sosok Rasjidi sebagai “lembut, kalem, dengan suara tenang, sopan.” Tapi, tulis Rosihan, “Dibalik wajah dan penampilan demikian terdapat semangat kerja keras bagaikan baja, apalagi persoalan prinsip dan keyakinan yang menjadi urusan.”
Munawir Sjadzali juga mengakui sikap gigih Rasjidi dalam soal-soal prinsip. Ia menulis pengantar untuk buku 70 Tahun Prof. Dr. HM Rasjidi, “Banyak hal yang kita, khususnya para ilmuwan Islam dan cendekiawan muslim seangkatan saya dan angkatan-angkatan sesudahnya, perlu belajar dari Bapak Rasjidi, antara lain keyakinan beliau yang mutlak akan kebenaran Islam, disertai disiplin ilmiah yang tinggi. Keyakinan beliau yang mutlak akan kebenaran Millah Muhammad dan integritas ilmiah beliau, sering menimbulkan kesan bahwa beliau seorang yang keras dan kaku. Demi ilmu, beliau tidak segan untuk “bertengkar” ilmiah dengan sahabat-sahabat dekatnya.”
HM Rasjidi adalah lulusan Perguruan al-Irsyad, Lawang, Malang dan murid langsung Syekh Ahmad Soorkati dari Sudan. Ia pernah belajar di Darul Ulum dan Universitas Kairo pada awal 1930-an. Tahun 1946, ia diangkat menjadi Menteri Agama RI pertama. Sempat juga menjabat Duta Besar di beberapa negara.
Rasjidi menyelesaikan doktornya saat menjabat sebagai anggota perwakilan Indonesia di PBB, yang ketika itu bermarkas di Paris. Tahun 1956, ia menyelesaikan disertasinya di Sorbonne di bawah supervisi Prof. Louis Massignon, seorang orientalis terkenal. Dua tahun kemudian, Rasjidi diangkat sebagai Dubes RI untuk Pakistan.
Mendebat orientalis...... Lanjut Baca,