MENJADIKAN  “ULIL ALBAB” SEBAGAI KOMPETENSI UTAMA PENDIDIKAN

MENJADIKAN  “ULIL ALBAB” SEBAGAI KOMPETENSI UTAMA PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Pada hari Kamis (24/3/2022), saya mengisi acara Kuliah Umum di Program Magister dan Doktor Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Tema yang diminta adalah seputar Tafsir Alil Albab dalam al-Quran.

Ulul Albab (orang yang mempunyai akal) adalah sebutan yang mulia. Kedudukannya terhormat dalam pandangan Allah SWT. Dalam al-Quran Surat Ali Imran: 190-191 dijelaskan bahwa ulul albab adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, dalam situasi dan kondisi apa pun, apakah ia dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring. Kata “Ulul Albab” disebutkan sebanyak 16 kali dalam al-Quran.

            Beberapa sifat yang mulia yang dimiliki insan ulil albab, diantaranya: (1) senantiasa memenuhi janji (2) menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya, serta takut kepada hisab yang buruk (3) sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rizki yang diberikan Allah padanya.  Sementara itu, ulul albab juga orang yang senantiasa berpikir tentang berbagai hal yang terjadi di alam ini.  (QS 3: 190-191, 39:21, 12:111).

            Perintah Allah untuk senantiasa berpikir dan berzikir ditujukan kepada semua orang; baik yang pintar maupun yang tidak pintar. Allah menciptakan manusia dengan keragaman potensi masing-masing. Tidak semuanya pintar. Artinya, semua manusia – jika mau berpikir dengan benar dan mampu memahami “ayat-ayat” Allah – bisa menjadi Ulil Albab.

            Jika diperhatikan ciri-ciri Ulil Albab dalam al-Quran, maka tampak bahwa manusia cerdas adalah manusia yang mampu memahami ayat-ayat (tanda-tanda) Allah dengan benar, sehingga ia menundukkan dirinya kepada Allah. Setelah memahami ayat-ayat Allah, ia pun tertunduk patuh kepada Allah, dengan menyatakan: Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilaa.  (Ya Allah, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia). (QS 3: 191).

            Itulah hakikat Islam, yakni ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Ketundukan dan kepatuhannya kepada Allah menempatkan dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Ia tidak sombong seperti Iblis. Ia rela dan ikhlas diatur oleh Allah. Tapi, ia juga mampu memahami dan memanfaatkan ayat-ayat Allah untuk kemaslahatan umat manusia.

            Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai universitas Islam tertua di Indonesia pun mencangkan lulusannya menjadi Ulil Albab. Pesantren mahasiswa di Universitas Ibn Khaldun Bogor juga bernama Pesantren Ulul Albab. Saya masuk ke Pesantren ini yang diresmikan pembukaannya oleh Mohammad Natsir tahun 1987.

            Gambaran Ulil Albab sebagai seorang cendekiawan yang cerdas dan taat kepada Allah, yang senantiasa berpikir dan berzikir dalam segala kondisi, tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang mengutamakan lulusannya menjadi orang-orang yang sukses secara materi di dunia. Harusnya kriteria Ulil Albab ini menjadi Standar Kompetensi Lulusan yang utama. Ulil Albab itu pula yang seharusnya menjadi kriteria utama apakah lembaga pendidikan itu baik atau tidak.

            Saat ini, masih banyak sekolah – termasuk sekolah Islam -- yang menempatkan dirinya sendiri sebagai lembaga pendidikan kelas bawah, karena lulusannya sedikit atau tidak ada yang diterima di sekolah atau Perguruan Tinggi yang dianggap favorit oleh banyak orang. Padahal, untuk masuk Perguruan Tinggi favorit biasanya tidak disyaratkan seorang memiliki kriteria Ulil Albab. Yang penting, ia bisa lulus tes masuk Perguruan Tinggi.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menjadikan-ulil-albab-sebagai-kompetensi-utama-pendidikan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait