Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini)
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perjuangan kaum Muslim Indonesia untuk melawan penjajahan juga didasarkan pada fakta, bahwa Penjajah Eropa – Portugis dan Belanda – juga mempunyai misi agama untuk mengkristenkan wilayah yang dijajahnya. Penjajah pun melihat Islam sebagai faktor penting dalam membangkitkan dan memelihara semangat perlawanan terhadap penjajahan.
Keterkaitan erat antara gerakan Kristenisasi dengan pemerintah kolonial banyak diungkap oleh para ilmuwan Indonesia. Tiga Disertasi Doktor di Belanda dan Amerika Serikat yang kemudian diterbitkan di Indonesia, mengkaji masalah hubungan antara Kristenisasi dan kolonialisme di Indonesia. Dr. Aqib Suminto, menerbitkan disertasinya di Leiden University, dengan judul Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985); Dr. Deliar Noer juga menerbitkan disertasinya di Cornell University dengan judul Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1990), Juga disertasi Dr. Alwi Shihab di Hartford Seminary diterbitkan dengan judul Membendung Arus -- Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998).
Sebuah contoh nyata, misi Kristenisasi di awal abad ke-20, oleh pemerintah Kolonial Belanda dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Alexander Willem Frederik Idenburg (berkuasa 18 Desember 1909 sampai dengan 21 Maret 1916). Tahun 1920, ia mengeluarkan ”Edaran Minggu” atau ”Edaran Pasar”.
”Edaran Minggu” memberi sugesti bahwa tidak pantas untuk mengadakan pesta kenegaraan pada hari Minggu. Edaran ini juga meminta agar seluruh administratur dan pegawai sipil agar menghindari kegiatan-kegiatan resmi atau setengah resmi pada hari Minggu. ”Edaran Pasar” melarang diadakannya hari pasar orang Indonesia apabila ini jatuh pada hari Minggu.
Lanjut baca,