PASCA PILPRES 2024, INGATLAH KEMBALI NASEHAT PAK PRAWOTO

PASCA PILPRES 2024,  INGATLAH KEMBALI NASEHAT PAK PRAWOTO

 

Artikel ke- 1.811

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Dalam berbagai analisis tentang hasil sementara Pilpres 2024, banyak pengamat menyebut banyaknya orang yang memilih calon presiden karena “faktor uang”; bukan karena kualitas sang calon itu sendiri.

            Walhasil, faktor “uang” banyak disebut-sebut sebagai faktor dominan yang menentukan kemenangan atau kekalahan. Ada uang maka besar pula peluang untuk menang. Tak ada uang, suara bisa melayang. Diakui, pemilu kita menjadi sangat mahal biayanya. Ada calon anggota DPR Pusat yang mengaku menyiapkan dana piluhan miliar untuk bisa terpilih.

            Politik berbiaya sangat mahal. Itu fakta. Dan itulah yang dipilih oleh para tokoh reformis ketika merumuskan sistem politik dan kenegaraan di era reformasi. Kondisi pendidikan, moral, dan ekonomi masyarakat memberi peluang berlakunya “politik uang”. Kondisi ini semakin meresahkan berbagai pihak.

Tapi, memang, itulah faktanya. Bahkan, praktik seperti ini pun dipertontonkan oleh sebagian tokoh atau lembaga-lembaga pendidikan agama. Sampai-sampai ada politisi terkenal yang menyatakan, hewan pun jika dimodali ratusan triliun akan bisa terpilih menjadi pemimpin. Tentu saja perkataan ini berlebihan, meskipun ungkapan itu lebih merupakan satu bentuk sindiran.

Menyampaikan kebenaran dalam soal praktik politik yang tidak benar adalah kewajiban. Tetapi, pada saat yang sama, ketika jari telunjuk kita menuding keluar, tiga jari lainnya akan terarah kepada diri kita sendiri. Kekalahan yang dialami umat Islam, bukan hanya karena hebatnya musuh-musuh kebenaran, tetapi juga karena kondisi kita sendiri yang memang layak kalah.

Kita bisa belajar dari kekalahan pasukan Islam di Perang Uhud. Akibat kesalahan pasukan panah yang tidak patuh pada perintah Nabi saw, maka pasukan musuh berhasil membalikkan keadaan. Ingat juga pengalaman kekalahan dalam Perang Salib. Kondisi pemimpin, ulama, dan masyarakat yang cinta dunia, fanatik mazhab yang berlebihan, dan saling caci maki antar umat Islam sendiri, menyebabkan mereka kemudian menjadi lemah dan mudah dikalahkan pasukan Salib.

Dalam kondisi seperti ini, patutlah kita ingat kembali nasehat penting dari seorang tokoh pejuang yang hebat, yaitu Prawoto Mangkusasmito. Ia adalah ketua Partai Masyumi yang terakhir. Prawoto Mangkusasmito adalah salah satu pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).  Ia dikenal sebagai politisi muslim yang tangguh dan lurus.

Prawoto lahir pada 4 Januari 1910, dan wafat 24 Juli 1970 di sebuah desa, 25 km jaraknya dari Kota Banyuwangi Jawa Timur. Prawoto pernah menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tahun 1949-1950 dan Wakil Perdana Menteri tahun 1952-1953. Pada tahun 1995, Prawoto dianugerahi Bintang Mahaputra oleh Pemerintah Indonesia.

            Pasca Pilpres 2024 ini, kiranya sangatlah bermanfaat jika kita merenungkan kembali satu nasehat penting dari Prawoto Mangkusasmito. Dalam ceramahnya berjudul “Menfokuskan Masa Lampau ke Depan”, Prawoto mengingatkan, bahwa meskipun jumlahnya mencapai 90 persen, tetapi peran umat Islam Indonesia tidak sampai 10 persen.

Lanjut baca,

PASCA PILPRES 2024, INGATLAH KEMBALI NASEHAT PAK PRAWOTO (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait