(Artikel ke-1.263)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Kesuksesan lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam meraih kepercayaan masyarakat, patut disyukuri dan wajib terus diperbaiki. Akan tetapi, patut diingat, bahwa ada dua tantangan besar yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam. Pertama, godaan materialisme; godaan penyakit hubbud-dunya, cinta dunia. Kedua, jebakan kurikulum sekuler.
Tentang tantangan pertama, Rasulullah SAW sudah bersabda: “Hampir tiba suatu zaman dimana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni hidangan mereka.” Maka salah seorang sahabat bertanya: “Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu?” Nabi SAW menjawab: “Bahkan, pada hari itu jumlah kamu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit al wahnu.” Seorang sahabat bertanya: “Apakah al wahnu itu Ya Rasulallah?” Rasulullah SAW menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud)
Hadits Rasulullah SAW ini menjelaskan kondisi umat yang sangat lemah, tidak berdaya, tiada arti, meskipun jumlahnya sangat besar. Tanpa perlu melakukan riset yang rumit, dengan mudah dapat dilihat, bahwa kondisi umat Islam saat ini sangat mirip dengan apa yang digambarkan Rasulullah saw tersebut. Di berbagai belahan dunia, umat menghadapi ujian dan cobaan yang berat. Di Palestina, Moro, Xin Jiang, India, Kashmir, Moro, Patani, dan di berbagai belahan dunia, umat Islam menghadapi penindasan dalam berbagai bidang kehidupan. Umat Islam, yang jumlahnya sekarang sekitar 1,6 milyar jiwa, bernasib seperti buih, kehilangan kepercayaan diri, diombang-ambingkan situasi dan kondisi.
Dalam sejarah kita bisa menyaksikan, bagaimana kehancuran kekuatan Muslim di Andalusia, Baghdad, juga Palestina, akibat meruyaknya budaya hubbud-dunya. Imam al-Ghazali, dalam Kitabnya, Ihya’ Ulumiddin, sudah menggariskan sebuah teori: “Rakyat rusak gara-gara rusaknya penguasa; penguasa rusak gara-gara ulama rusak; dan ulama rusak karena terjangkit penyakit gila jabatan dan gila harta (hubbul jaah wal maal).”
Peringatan Rasulullah SAW ini dapat kita refleksikan dalam skala kecil pada lembaga-lembaga Islam. Jika penyakit “gila dunia” sudah merejalela di sekolah-sekolah Islam, maka sekolah Islam itu tinggal menunggu waktu kehancurannya. Mungkin bangunan sekolah itu tampak megah, bayarannya mahal, tetapi ruh pendidikan Islamnya sejatinya sudah hilang. Sekolah Islam itu tidak lagi menjadi tempat ideal untuk menanamkan aqidah dan akhlak yang mulia, sebab yang mereka saksikan, sekolahnya sendiri tidak memberikan teladan. Apalagi, jika para orang tua dan siswa mendapati praktik-praktik korup dan keserakahan di sekolahnya.
Di tengah meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam, godaan materi ini bisa jadi begitu menggiurkan. Sekolah Islam menjadi lahan bisnis yang menjanjikan keuntungan besar, sejalan dengan meningkatnya kesadaran ber-Islam di kalangan elite-elite muslim. Jika niat mendirikan sekolah Islam bukan lagi karena semangat jihad dalam bidang keilmuan, tetapi dimotivasi untuk mengeruk keuntungan duniawi semata, maka niat yang salah itu akan merusak seluruh aspek pendidikan Islam.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/pendidikan-islam-dan-dua-tantangan-utamanya