Artikel Terbaru ke-2.144
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 7 Februari 2025, Pesantren At-Taqwa Depok kedatangan tamu penting, yaitu
Prof. Madya Dr. Khalif Muammar A. Harris. Beliau adalah salah satu cendekiawan muslim terkemuka Malaysia. Kedatangannya kali ini membawa misi khusus, yaitu mensosialisasikan terjemah buku Historical Fact and Fiction karya Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas ke dalam bahasa Melayu.
Terjemahan buku ini dilakukan oleh Dr. Khalif atas izin Prof. Al-Attas, guru beliau. Judul terjemahannya: “Sejarah Islam di Alam Melayu: Antara Fakta dan Rekaan” Sebelumnya, Dr. Khalif Muammar juga telah diijinkan oleh Prof. al-Attas untuk menerjemahkan buku Islam and Secularism ke dalam bahasa Melayu.
Buku Historical Fact and Fiction diakui oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud sebagai salah satu karya besar dari Prof. Naquib al-Attas. “Buku terbaru SMN al-Attas, Historical Fact and Fiction (HFF), meneguhkan kembali kepeloporan dan kependekaran beliau dalam masalah sejarah, khususnya sejarah di alam Melayu, yang dipeganginya selama lebih 40 tahun secara penuh istiqamah,” tulis Prof. Wan Mohd Nor (Republika, 20 Oktober 2011).
Melalui buku terbarunya, Prof. Naquib al-Attas kembali menegaskan bahwa jati diri bangsa Melayu-Indonesia sejatinya adalah Muslim. Mereka adalah bangsa Muslim. Identitas dan jati diri Melayu-Islam itu seharusnya dimanfaatkan oleh bangsa Melayu-Indonesia untuk membangun negeri mereka secara sungguh-sungguh sehingga mampu tampil sebagai salah satu peradaban yang unggul di muka bumi.
Berpuluh tahun Prof. al-Attas mengingatkan kita semua agar memahami rekayasa para orientalis yang mencoba mengecilkan peran Islam dalam penyatuan Nusantara. Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas mengingatkan: “Banyak sarjana yang telah memperkatakan bahwa Islam itu tidak meresap ke dalam struktur masyarakat Melayu-Indonesia; hanya sedikit jejaknya di atas jasad Melayu, laksana pelitur di atas kayu, yang andaikan dikorek sedikit akan terkupas menonjolkan kehinduannya, kebudhaannya, dan animismenya. (Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, (Bandung: Mizan, 1990)
Jika nilai-nilai Islam disingkirkan, dan “nilai-nilai di luar Islam” ditempatkan sebagai jati diri dan simbol-simbol kebangsaan Indonesia, maka Muslim Indonesia didorong untuk tidak memiliki perasaan memiliki terhadap negeri ini. Padahal, mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Lebih jauh lagi, kaum Muslim tidak akan menjadikan Islam sebagai landasan untuk membangun bangsanya.
Melalui buku ini dan banyak karyanya yang lain, Prof. al-Attas menempatkan Islam sebagai faktor penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Kedatangan Islam-lah yang telah memberikan makna yang sangat tinggi bagi Melayu di wilayah Nusantara ini.
Prof. al-Attas juga membuktikan, bahwa penyatuan Nusantara terjadi karena pengaruh dua faktor utama, yaitu Islam dan bahasa Melayu. Bahasa inilah yang disusun oleh para ulama menjadi bahasa persatuan; menjadi bahasa ilmu dan perdagangan, sehingga menyatukan berbagai suku bangsa ke dalam satu bahasa dan peradaban Melayu-Islam.
Lanjut baca,