Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Seorang muslim pasti meyakini bahwa Allah itu satu (QS al-Ikhlas), dan agama yang diridhai dan diterima oleh Allah pun hanya satu, yaitu ad-Dinul Islam (QS Ali Imran: 19, 85). Dan bahwa Allah sudah mengutus Nabi yang terakhir (Nabi Muhammad saw), untuk menjelaskan hal yang sangat mendasar ini.
Karena itu, ungkapan yang benar adalah: “Satu Tuhan, Satu Agama”; bukan “Satu Tuhan, Banyak Agama!” sebagaimana dikampanyekan oleh kaum pluralis agama. Seorang muslim pasti yakin, bahwa Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) itu hanya menurunkan SATU agama kepada para Nabi-Nya, yaitu agama Tauhid.
Selama agama tidak mengajarkan TAUHID – yakni mengakui dan tunduk kepada Allah, sebagai SATU-SATU-nya Tuhan – maka jelas itu bukan agama dari Allah, dan bukan agamanya para Nabi; bukan pula agama wahyu (revealed religion), melainkan agama budaya (cultural religion). Agama Tauhid menuhankan Allah, sebagai satu-satunya Tuhan; bukan menyembah setan atau menyebah manusia.
Dan untuk bisa mengenal Allah dengan benar satu-satunya jalan adalah beriman kepada kenabian Muhammad saw. Karena itulah, syahadat Islam menegaskan: Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Jadi, sebagai muslim, Tuhan saya jelas, yaitu Allah! Bukan asal Tuhan; bukan Tuhan asal--asalan. Itu karena posisi saya sudah jelas, yaitu saya Muslim, saya sudah memilih Islam. Saya bukan Kristen, saya bukan Yahudi, saya bukan Hindu, atau penganut paham kebenaran semua agama. Itu keyakinan saya, dan saya sangat menghormati keyakinan yang berbeda dengan saya, meskipun saya tidak membenarkannya. Saya tidak boleh memaksa orang lain mengikuti pendapat saya. Itulah makna toleransi dan mutual understanding.
lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/satu-tuhan,-satu-agama