Artikel Terbaru (ke-1.608)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Meskipun harus mengeluarkan uang jutaan rupiah, saya sangat bersyukur bisa hadir dalam acara peluncuran buku terbaru Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas: “Islam: The Covenants Fulfilled”. Acara itu sangat dahsyat dan sangat bermakna. Berkali-kali rasa haru dan bahagia menerpa jiwa hingga air mata menetes tanpa sadar.
Lebih bermakna lagi, acara itu didahului dengan Seminar Internasional bertajuk: “International Seminar on Syed Muhammad Naquib Al-Attas's Contribution to Contemporary Islamic Thought.” Pembicara seminar adalah para pemikir yang sudah dikenal luas di dunia internasional, yaitu: Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud (Malaysia), Prof. Dr. Hans Daiber (Jerman), Prof. Dr. Alparslan Açıkgenç (Turki), Prof. Dr. Mehmet İpşirli (Turki), Dr. Datok Syed Ali Tawfiq al-Attas (Malaysia).
Tiga pembicara dari luar Malaysia itu menyampaikan rasa syukur dan bahagianya bisa hadir dalam acara seminar tersebut. Mereka adalah ilmuwan-ilmuwan senior yang dikenal luas pemikirannya di dunia. Mereka dulu mengajar di International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), kampus legendaris yang didirikan oleh Prof. Naquib al-Attas.
Meskipun sudah dua dekade mereka kembali ke negeri mereka masing-masing, persahabatan mereka dengan Prof. Naquib al-Attas tetap terjalin. Kenangan indah mereka bersama ISTAC mereka ungkapkan dalam seminar yang dihadiri ribuan orang.
Prof. Mehmet İpşirli mengungkapkan keistimewaan ISTAC dibandingkan dengan berbagai perguruan tinggi di duna Islam lainnya. Kampus itu merupakan perwujudan gagasan Prof. Naquib al-Attas tentang universitas ideal yang sudah diungkapkan sejak tahun 1970-an. Meskipun merekrut dosen dengan berbagai corak dan latar belakang pemikiran, tetapi Prof. al-Attas memberikan kuliah rutin setiap sabtu malam (Saturday Night Lecture), kepada para dosen dan mahasiswa ISTAC.
Prof. al-Attas bukan hanya menggagas konsep universitas ideal. Tetapi, ia juga berhasil mewujudkannya. Lebih dari itu, ia pun berhasil menarik ilmuwan-ilmuwan terbaik untuk bergabung ke ISTAC. Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud bersedia membantunya untuk mewujudkan cita-cita besar itu.
Pada tahap awal, di saat masih menyewa bangunan untuk kampus ISTAC, beberapa mahasiswa terbaik juga bergabung, seperti Muhammad Zainy Uthman. Bahkan, anaknya sendiri, yaitu Syed Ali Tawfiq al-Attas melanjutkan pendidikan S3 di ISTAC, setelah tamat S2 dari satu kampus di Amerika Serikat.
Lanjut baca,
SEMINAR INTERNASIONAL MENGENANG KEJAYAAN ISTAC DAN PRIBADI PROF. AL-ATTAS (adianhusaini.id)