Artikel Terbaru ke-2.073
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ir. Soekarno seorang hebat. Tapi, faktor utama yang menjadikannya istimewa adalah kecintaannya kepada ilmu, keberanian dan kebijakannya dalam mengambil keputusan. Banyak orang yang lebih pintar ilmu ekonomi dan politik dibandingkan Mohammad Hatta. Tetapi, Mohammad Hatta hanya satu dan tak tergantikan. Ia menjadi istimewa lebih karena kepribadiannya, sikapnya yang kokoh, kesederhanaannya, dan jiwa pengorbanannya.
Nama Jenderal Besar Sudirman tak pernah bisa digantikan dalam sejarah TNI dan rakyat Indonesia. Ia seorang guru Muhammadiyah. Fisiknya melemah karena sakit. Tapi, mampu memimpin perang dan menggagalkan ambisi Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Kesabaran, kebijakan, dan keberanian Pak Dirman senantiasa menjadi teladan bagi generasi berikutnya.
KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan selalu menjadi inspirasi bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Itu lebih karena akhlak dan perjuangan mereka yang luar biasa. Mereka tak hanya berilmu tinggi, tetapi juga memiliki akhlak yang begitu mulia. Mereka dikenal sebagai pribadi cerdas, pemberani, bijak, sabar, dan jauh dari sikap cinta dunia serta mementingkan dirinya sendiri.
Kita mengenal ribuan ulama dan pakar ilmu agama yang jauh lebih pintar dari Mohammad Natsir. Tetapi, sosok Mohammad Natsir tetap istimewa dan tak tergantikan dalam lintasan sejarah perjuangan umat dan bangsa Indonesia. Ia dikenal karena ketekunannya dalam mencari ilmu, adabnya yang tinggi kepada orang tua dan guru, serta kebijakan dan keberaniannya dalam mengambil keputusan.
Itulah sejumlah contoh para tokoh bangsa kita yang telah menggoreskan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa kita. Kini, kita memiliki Presiden bernama Prabowo Subianto. Banyak jenderal hebat, kaya, dan juga pintar. Tapi, Prabowo hanya satu. Ia menjadi istimewa karena kecintaannya kepada ilmu, kesabarannya, keberaniannya, dan kepeduliannya kepada sesama serta jiwa patriotismenya.
Jadi, seorang menjadi istimewa, terutama bukan karena kepintaran, kekayaan, kecantikan, atau popularitasnya. Semua itu merupakan potensi yang berharga untuk membangun keistimewaan seseorang. Semua kenikmatan itu anugerah dan sekaligus ujian dari Allah. Tidak patut seorang berbangga karena kaya, kuasa, atau karena kepintarannya. Tetapi, ia patut bersyukur jika ia menjadi orang berguna bagi masyarakatnya.
Untuk “menyempurnakan akhlak manusia” itulah Nabi Muhammad saw diutus kepada umat manusia. Nabi Muhammad saw bukan kaisar dan bukan pula pengusaha kaya raya. Tapi, dengan akhlak yang luar biasa, beliau mampu melampaui prestasi yang diinginkan oleh banyak orang. Beliau berhasil menjadi pemimpin negara yang prestasinya melebihi Kaisar mana saja. Kalau mau, beliau bisa hidup bergelimang harta. Tapi, beliau hidup sangat sederhana dan sering lapar karena puasa.
Jadi, agenda utama dan agenda besar bangsa kita, agar meraih kedudukan terhormat di mata dunia adalah membangun akhlak bangsa. Ini masalah utama bangsa kita. Benar, kita menghadapi masalah-masalah politik dan ekonomi yang berat, yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya secara bijak. Tetapi, masalah akhlak bangsa saat ini sangatlah mendesak, bahkan bisa dikatakan darurat.
Lanjut baca,