SETELAH BUKU INI TERBIT, ISLAM DIANGGAP LEBIH BAHAYA DARI KOMUNISME

SETELAH BUKU INI TERBIT,  ISLAM DIANGGAP LEBIH BAHAYA DARI KOMUNISME

 

 Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Tahun 2004, Prof. Samuel Huntington meluncurkan bukunya berjudul “Who Are We? The Challenges to America’s National Identity” (New York: Simon&Schuster, 2004). Huntington adalah ilmuwan politik dari Harvard University yang juga dikenal sebagai penesehat politik kawakan Gedung Putih. Disamping pernah menduduki jabatan-jabatan prestisius di bidang akademis, Huntington juga aktif terlibat dalam perumusan kebijakan luar negeri AS. Tahun 1977-1978 ia bekerja di Gedung Putih sebagai ‘Coordinator of Security Planning for the National Security Council’. 

            Dalam buku The Clash of  Civilizations (1996),  Huntington menulis, bahwa “adalah manusiawi untuk membenci. Untuk menentukan jati diri dan membangun motivasi, masyarakat perlu musuh!” (It is human to hate. For self denition and motivation people need enemies).

Dalam buku Who Are We? ia dengan lugas menyatakan, bahwa musuh utama Barat pasca Perang Dingin adalah Islam – yang ia tambah dengan predikat “militan”. Namun, dari berbagai penjelasannya, definisi “Islam  militan” melebar ke mana-mana, ke berbagai kelompok dan komunitas Islam, sehingga definisi itu menjadi kabur.

            Dalam Who Are We? Huntington menempatkan satu sub-bab berjudul “Militant Islam vs. America”, yang menekankan, bahwa saat ini, Islam militan telah menggantikan posisi Uni Soviet sebagai musuh utama AS. (This new war between militant Islam and America has many similarities to the Cold War).

 Jadi, Huntington memang menggunakan istilah ‘perang’ (war) antara AS dengan Islam militan. Jika saat berperang dengan Uni Soviet yang memiliki persenjataan seimbang dengan AS, masih digunakan istilah “Perang Dingin” maka sekarang predikat “Dingin” sudah tidak ada lagi.

Penggunaan istilah “war” merupakan refleksi kebijakan baru politik AS sebagaimana disarankan Samuel Huntington. Saat berdialog dengan Anthony Giddden, pada late spring 2003, Huntington mendukung dilakukannya “preemptive strike” terhadap kaum Islam militan.

Nasehat Huntington memang telah dijalankan. Pada awal Juni 2002, doktrin preemptive strike (serangan dini) dan defensive intervention (intervensi defensif) secara resmi diumumkan. Melalui doktrin ofensifnya yang baru ini,  AS telah mengubah secara radikal pola “peperangan” melawan “musuh”.

Sebelumnya, di masa Perang Dingin saat menghadapi komunis, AS menggunakan pola containtment (penangkalan) dan deterrence (penangkisan). Kini menghadapi musuh baru – yang diberi nama Islam militan – AS menggunakan pola preemptive strike dan defensive intervention

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/setelah-buku-ini-terbit,--islam-dianggap-lebih-bahaya-dari-komunisme

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar