Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
“Idol” sudah menjadi kosa kata bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Yunani “eidolon”; artinya “image” atau“form”. The American Heritage Dictionary mengartikankata “idol” sebagai “An image used as an object ofworship”, atau “one who is adored”. “Dari kata ‘Idol’berkembang kata “idolatry” kemudian dimaknai sebagai“The worship of idol”, yakni ‘penyembahan satu idola’atau “blind devotion”, yakni, ‘ketaatan yang membuta’.
Kekaguman, pemujaan, biasanya memang berujung pada ketaatan yang membabi-buta. Itu tampak dari perilaku banyak anak-anak yang menggilai idol pujaannya di kalangan selebritis, mulai dari perilaku mengoleksi album, foto, tanda tangan, lalu meniru-niru perilaku dan model pakaiannya. Sebagian pemuja idol ini sampai rela menyerahkan dirinya untuk diperlakukan saja oleh idol-nya.
Berbagai acara di media televisi yang mempertemukan antara idol dan pemujanya sudah ditayangkan. Biasanya digambarkan, bagaimana histerisnya, ketika sang pemuja berjumpa dengan sang idola. Satu bentuk kegetaran hati, kebahagiaan, keterharuan, yang menurut al-Quran, harusnya dialami oleh seorang mukmin, saat ‘berjumpa’ dengan Allah, ketika sang mukmin melaksanakan ibadah salat.
Jadi, kata “idol” memang berkaitan dengan aspek“pemujaan”, “penghormatan”, dan “penyembahan”. Para juara dalam program-program pemilihan idol akan ditampilkan sebagai “idol”, idola, yang dipuja, dihormati, dan mendapatkan berbagai fasilitas hidup duniawi yang menggiurkan.
Pesatnya perkembangan industri showbiz membutuhkan banyak “idol”. Sebagaimana layaknya, dunia showbiz, sosok-sosok pujaan dibangun di atas “realitas kamera” atau “realitas semu”, yang sifatnya temporer, sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis hiburan. Di atas realitas inilah dibangun mitos-mitos. Mitos tentang idol, mitos tentang sang pujaan, mitos tentang sang bintang, yang cantik/tampan, berbakat menyanyi, berakting, dan beruntung.
Demam acara “Idol” di berbagai negara merupakan gambaran yang tepat dari sebuah proses globalisasi di bidang “fun” atau hiburan. Pada kenyataannya, globalisasi semakin mengarah kepada satu bentuk‘imperialisme budaya’ (cultural imperialism) Barat terhadap budaya-budaya lain.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/tragedi-idol-dan-kebutuhan-kapitalisme-global