Sebanyak 16 perwakilan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Hambalang pada 30 Agustus 2025, dan dilanjutkan di Istana pada 1 September 2025. Pertemuan ini disebut sebagai kelanjutan dari silaturahim antar-ormas Islam untuk mencari solusi bagi krisis di Gaza.
Adianhusaini.id, Jakarta-- Menurut Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dr. Adian Husaini, pertemuan ini bukanlah undangan mendadak dari presiden, melainkan inisiasi dari ormas-ormas Islam sendiri. Awalnya, beberapa ormas seperti Hidayatullah, Persatuan Islam (Persis), dan Dewan Dakwah mengajukan permohonan untuk bertemu dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 30 April 2025. Pertemuan serupa kemudian dilanjutkan dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 14 Mei 2025, dan keduanya menghasilkan kesamaan pandangan mengenai isu Palestina.
Setelah itu, melalui pimpinan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, ormas-ormas ini berupaya untuk bertemu dengan Presiden Prabowo. Akhirnya, pertemuan itu terwujud setelah salah satu ketua umum ormas menyampaikan keinginannya kepada Ketua MPR.
Dialog Terbuka tentang Permasalahan Bangsa
Dr. Adian Husaini menjelaskan bahwa dialog yang terjadi sangat terbuka. Selain membahas isu Palestina, pertemuan ini juga mencakup diskusi mendalam tentang berbagai problematika bangsa, baik di tingkat nasional maupun global. Para pimpinan ormas merasa memiliki kewajiban untuk memberikan "amar ma'ruf nahi munkar" (menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran) atau tausiah kepada pemerintah.
Dalam dialog tersebut, para pimpinan ormas Islam menyampaikan pandangan mereka secara terbuka, termasuk mengenai kebijakan pemerintah yang dinilai kurang tepat atau tidak terkomunikasikan dengan baik. Presiden Prabowo juga berbagi tentang tantangan berat yang dihadapi pemerintahannya dan menegaskan komitmennya untuk membangun Indonesia menjadi negara yang kuat dan makmur.
Dr. Adian Husaini menilai bahwa Presiden Prabowo memiliki keterbukaan dan kemampuan komunikasi yang tinggi. Ia juga memuji komitmen pribadi Prabowo yang dianggapnya sudah "selesai dengan dirinya sendiri" karena berasal dari keluarga berkecukupan dan tidak pernah mengalami kemiskinan. Ini menunjukkan bahwa jabatan yang diemban adalah amanah mulia, bukan sekadar ambisi pribadi.
Lanjutan Pertemuan di Istana
Pada 1 September 2025, pertemuan dilanjutkan di Istana Negara dengan skala yang lebih luas, melibatkan perwakilan dari berbagai lembaga keagamaan, buruh, hingga pimpinan partai. Dr. Adian yang pernah bertugas sebagai wartawan di Istana pada era Presiden Soeharto, membandingkan suasana saat itu dengan kondisi saat ini. Ia merasa suasana dialog dengan Presiden Prabowo jauh lebih terbuka dibandingkan masa sebelumnya.
Pentingnya Menjaga Dialog yang Terbuka
Para pimpinan ormas Islam, termasuk Dr. Adian, berharap bahwa suasana dialog dan keterbukaan seperti ini dapat terus berlanjut. Mereka memandang bahwa upaya ini adalah bagian dari amanah agama dan kewajiban sebagai warga negara untuk terus menguatkan bangsa dan negara.
Secara keseluruhan, pertemuan antara 16 ormas Islam dan Presiden Prabowo ini menjadi ajang silaturahim yang strategis untuk membahas berbagai isu penting. Pertemuan ini menunjukkan adanya upaya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil dalam membangun bangsa, serta mencari solusi bagi permasalahan global seperti krisis di Palestina.