Artikel ke 1.757
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Para pendiri bangsa yang tergabung dalam “Panitia Sembilan” sudah merumuskan tujuan kemerdekaan, yaitu mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Untuk mencapainya, sudah dirumuskan pula landasannya, yakni prinsip Tauhid: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…”
Rumusan itu merupakan sikap dasar dan adab bangsa Indonesia kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Itu bukan rumusan biasa. Itu rumusan aqidah Islam yang sangat komprehensif. Bahwa, setiap meraih hasil usahanya, maka manusia Indonesia mengakui, bahwa hasil itu merupakan rahmat Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Rumusan itu menempatkan manusia sebagai hamba Allah dan mengakui ketidakberdayaan manusia untuk menentukan hasil usahanya sendiri.
La haula wa-laa quwwata illa billahi. Tidak ada daya dan upaya kita kecuali karena anugerah Allah. Sehebat apa pun manusia, jika Allah tidak menghendaki terjadinya sesuatu, maka pasti hal itu tidak akan terjadi.
Tetapi, sebagai makhluk yang taat dan beradab kepada Tuhannya, manusia dituntut untuk melakukan usaha. Tidak boleh berdiam diri dan menyerah terhadap keadaan. Sebab, disitulah nilainya sebagai manusia. Dengan amal baiknya, manusia akan mendapat balasan dari Allah. Hasilnya, pasrahkan kepada Allah!
Kita patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada para tokoh Islam yang merumuskan panduan yang hebat dalam kehidupan pribadi, masyarakat, dan bernegara. Rumusan Konstitusi itu juga mengharuskan para penguasa agar jangan sombong dan semena-mena dalam menjalankan kekuasaannya.
Para penguasa wajib menyadari, bahwa kuasa yang dipegangnya adalah “amanah” atau “titipan” dari Allah Yang Maha Kuasa. Ketika seorang calon presiden meraih kemenangan dalam pemilu, ia wajib menyadari bahwa ia sedang mendapat amanah atau tugas yang berat dari Allah untuk memimpin masyarakatnya.
Maka, pertanyaan terpenting yang harus ia jawab adalah, “Ya Allah, apa tugas utama saya sebagai Presiden Indonesia?”
Maka, kewajiban utama presiden adalah melindungi iman dan akhlak rakyatnya agar mentauhidkan Allah dan menempatkan manusia sebagai hamba Allah yang memang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Syirik adalah kebiadaban yang sangat besar. Innasy-syirka ladhulmun ‘adhim. (QS Luqman: 13).
Tujuan utama hidup manusia bukan untuk mencari makan, tetapi untuk beribadah kepada Allah. Makan adalah sarana agar manusia bisa menjalankan ibadah dengan baik. Karena itu, penguasa juga wajib memberikan kecukupan pangan untuk rakyatnya.
Bagaimana sikap pemimpin negara terhadap rakyatnya yang bukan muslim? Allah telah memberikan panduan yang jelas, bahwa: Laa ikraaha fid-diin. Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam. Orang bukan muslim tidak boleh dipaksa memeluk Islam dan tidak boleh dipaksa menjalankan sesuatu bukan kewajibannya.
Lanjut baca,
AMANAH KONSTITUSI: WUJUDKAN KEADILAN DAN KEMAKMURAN DENGAN TAUHID (adianhusaini.id)