BANYAK KASUS BULLYING DI SEKOLAH, SAATNYA PENDIDIKAN KITA BERUBAH

BANYAK KASUS BULLYING DI SEKOLAH,  SAATNYA PENDIDIKAN KITA BERUBAH

 

Artikel ke-1.668

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Masyarakat Indonesia terus-menerus dihebohkan oleh tontonan mengerikan berupa penganiayaan siswa terhadap sesama temannya. Satu kasus belum tuntas dibahas, muncul lagi kasus-kasus berikutnya. Sangat susah dipahami akal sehat, bahwa ada anak belasan tahun umurnya, tega menyiksa teman sendiri dengan pukulan, tendangan, injakan, dan makian.

Situs resmi, Kementerian Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan, https://www.kemenpppa.go.id,  pernah mengungkapkan bahwa school bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. (Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)).

            Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian memprihatinkan. Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meski hanya bullying verbal dan psikologis/mental. Kasus-kasus senior menggencet junior terus bermunculan. Statistik kasus pengaduan anak di sektor pendidikan dari Januari 2011 hingga Agustus 2014 tergambar sbb: Tahun 2011 terdapat 61, tahun 2012 terdapat 130 kasus, tahun 2013 terdapat 91 kasus, tahun 2014 terdapat 87 kasus. (Lihat: https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-pa.pdf).

            Itu kasus-kasus yang terjadi beberapa tahun lalu. Hingga kini, kasus penganiayaan atau bullying di sekolah atau oleh anak-anak sekolah masih terus bermunculan. Inilah yang patut menjadi perhatian serius para guru, orang tua, dan juga tentu saja, pihak pemerintah.

Banyaknya kasus bullying itu menunjukkan hilangnya jiwa kasih sayang antar sesama. Orang mau menang sendiri. Merajalelanya angkara murka. Jiwa menjadi keras, tak peduli pada penderitaan sesama. Padahal, Rasulullah saw mengingatkan agar kita menolong saudara-saudara kita yang teraniaya atau yang menganiaya. Jangankan manusia, binatang saja tidak boleh disiksa.

Banyaknya kasus bullying patut mengingatkan para praktisi pendidikan – termasuk pengambil kebijakan – pada peringatan keras Ki Hadjar Dewantara tentang bahaya pendidikan model Barat. Ciri utamanya adalah pendidikan yang mengabaikan kecerdasan budi pekerti, sehingga menimbulkan penyakit “intelektualisme”, yakni mendewa-dewakan angan-angan.

Kata Ki Hajar Dewantara: “Semangat mendewa-dewakan angan-angan itu menimbulkan “kemurkaan diri” dan “kemurkaan benda”; kemurkaan diri dan kemurkaan benda, atau “individualisme” dan “materialisme” itulah yang menyebabkan hancurnya ketenteraman dan kedamaian di dalam hidupnya masyarakat.”

Karena itulah Ki Hajar Dewantara menekankan makna “mendidik” dan “Pendidikan”.  “Mendidik”, menurut Ki Hajar,  “Berarti menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam hidup anak-anak kita, supaya mereka kelak menjadi manusia berpribadi yang beradab dan bersusila.” 

Lanjut baca,

BANYAK KASUS BULLYING DI SEKOLAH, SAATNYA PENDIDIKAN KITA BERUBAH (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait