Artikel Terbaru ke-2.279
Oleh: Dr. Adian Husaini
Banyak program bagus dari para presiden Indonesia. Sejak zaman Soekarno sampai Prabowo. Tapi, program-program bagus itu sudah diterapkan dengan baik. Masalah utamanya adalah kondisi jiwa bangsa kita sudah tidak sehat lagi. Baik aparat maupun rakyat. Karena itu, saatnya kita semua melakukan introspeksi diri.
Sebenarnya, tahun 1951, Mohammad Natsir sudah menyampaikan hal ini. M Natsir menyampaikan pesan penting itu melalui artikelnya yang terkenal: “Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut.”
M Natsir menggambarkan kondisi manusia Indonesia pasca kemerdekaan yang sudah berubah. Sebelum merdeka, bangsa kita cinta perjuangan dan pengorbanan. Tapi, sekarang, tulis Natsir: “Orang sudah mencari untuk dirinya sendiri, bukan mencari cita-cita yang diluar dirinya. Lampu cita-citanya sudah padam kehabisan minyak, programnya sudah tamat, tak tahu lagi apa yang akan dibuat!”
Presiden Prabowo saat ini begitu gencar melancarkan program pemberantasan korupsi. Kia semua berdoa dan mendukung program yang sangat bagus dan strategis itu. Tapi, lagi-lagi, program itu akan bergantung kepada siapa yang melaksanakannya.
Apakah kondisi aparat kita benar-benar siap melaksanakan program tersebut? Apakah rakyat kita mendukung program tersebut? Tegaknya suatu tatanan hukum bergantung kepada aparat, materi hukum, prosedur hukum, dan juga kondisi rakyat.
Pak Natsir mengingatkan bahwa perjuangan kita belum mencapai tujuan. Kita masih berada di tengah arus. Kita belum sampai ke pantai tujuan kemerdekaan kita. Karena itu, jangan sampai kita merasa bahwa perjuangan sudah selesai.
Padahal, perjuangan belum selesai. Jika bangsa ini tidak mau tenggelam dihantam gelombang tantangan zaman, maka bangsa ini tidak boleh berhenti ”mendayung”: ”Saudara baru berada di tengah arus, tetapi sudah berasa sampai di tepi pantai,” kata Pak Natsir.
Inilah yang sedang terjadi. Individualisme, pragmatisme, bahkan materialisme merajalela. Semua itu sebenarnya terjadi karena pandangan hidup (worldview) yang serba duniawi (sekular). Pandangan hidup sekular dibawa oleh penjajah Barat dan dilestarikan melalui pendidikan model Barat.
Semoga Presiden Prabowo berkenan menyimak paparan Mohammad Natsir dan merenungkan maknanya secara mendalam. Jangan sampai gagasan dan semangat yang tinggi untuk meraih kemakmuran dan keadilan akhirnya gagal diwujudkan karena penyakit cinta dunia yang berlebihan.
Sayang sekali jika momentum yang baik ini dilewatkan begitu saja. Indonesia sedang dikaruniai oleh Allah SWT seorang Presiden yang ideal untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Presiden Prabowo dikenal memiliki semangat juang dan jiwa pengorbanan yang tinggi. Semangat itu perlu terus disebarkan dan ditanamkan melalui pendidikan di negeri kita.
Para menteri dan seluruh jajaran pemimpin bangsa dituntut untuk memberikan teladan hidup yang baik bagi masyarakat. Apalagi di era dominasi media sosial, ada kesalahan sedikit saja di kalangan pejabat negara, akan dapat memicu ketidakpuasan yang meluas.
Lanjut baca,