JIKA JIHAD ILMU TIDAK DILAKUKAN, UMAT ISLAM AKAN KALAH DI MANA SAJA

JIKA JIHAD ILMU TIDAK DILAKUKAN,  UMAT ISLAM AKAN KALAH DI MANA SAJA

 

Artikel Terbaru ke-2.168

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Ibnu Qayyim al-Jauziyah membagi jihad ke dalam empat tingkatan: jihad mengendalikan hawa nafsu, jihad melawan setan, jihad melawan kaum kuffar, dan jihad melawan kaum munafik.

            Nah, jihad mengendalikan hawa nafsu dibaginya ke dalam empat tingkatan pula, yaitu: jihad mencari ilmu, jihad mengamalkan ilmu, jihad mendakwahkan ilmu, dan bersabar menerima akibatnya.

            Seperti kita pahami, kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia dan strategis. Mencari ilmu yang berguna (’ilman nafi’an) merupakan kewajiban dan kemuliaan. Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa menempuh jalan yang padanya dia menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke surga.” (HR Muslim).

Karena itulah, dimana-mana Islam hadir, selalu tumbuh dan berkembang bersama budaya ilmu. Umat Islam yang memahami masalah ini, akan selalu bergiat mencari ilmu, mengamalkannya, dan mengajarkannya.

            Para ulama yang merupakan pewaris para Nabi selama ini begitu gigih dalam mengembangkan keilmuan. Merekalah yang telah berjasa menjaga otentisitas Islam sehingga kita dapat mewarisi agama yang dibawa oleh Rasulullah saw ini.

Kegigihan para ulama dalam mengembangkan keilmuan Islam begitu tingginya. Tradisi keilmuan itulah yang mampu mengantarkan kejayaan Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Apalagi, saat misi Islam itu mendapat dukungan dari para penguasa yang baik. Tradisi keilmuan yang baik ini perlu dikembangkan lebih jauh.   

            Seperti halnya ketertiban jihad fi-sabilillah, Islam juga memiliki ketertiban dalam jihad mencari ilmu. Tidaklah semua ilmu itu sama derajatnya. Ada ilmu yang fardhu ain dan ada pula ilmu yang fardhu kifayah. Ada ilmu yang sunnah dicari dan ada pula yang haram.

Ketertiban dalam mencari dan menempatkannya secara tepat merupakan adab ilmu yang akan berdampak kepada pemahaman dan perilaku seseorang. Mungkin ada seorang santri yang bertahun-tahun belajar ilmu-ilmu agama di pesantren. Tetapi, setelah lulus, ia justru tidak berminat untuk belajar ilmu-ilmu agama lagi. Bahkan, ia pun tidak berminat untuk mengamalkan dan mendakwahkannya.

Sebagai makanan jiwa, ilmu perlu diambil dari sumber yang benar dan disampaikan dengan cara yang benar pula. Sumber ilmu bisa didapat dari panca indera, akal, dan khabar yang benar. Semua itu harus ditempatkan pada tempatnya dan disusun secara teratur sesuai martabatnya, sehingga akan berdampak positif pada jiwa manusia.

Bayangkanlah kita memasukkan aneka rupa barang-barang perabot rumah tangga, tanpa disusun dan diletakkan pada tempatnya. Tentu rumah akan berantakan dan tidak indah dipandang.

Itu pula akan terjadi jika seorang santri, pelajar, atau mahasiswa dijejali aneka rupa ilmu, tetapi tidak diatur sesuai dengan urutannya. Utamakanlah ilmu-ilmu yang fardhu ain, menyusul kemudian ilmu-ilmu fardhu kifayah, dan seterusnya.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jika-jihad-ilmu-tidak-dilakukan,--umat-islam-akan-kalah-di-mana-saja

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait