Artikel ke-1.696
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Budaya ilmu adalah asas kebangkitan umat Islam. Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud telah menulis buku khusus tentang Budaya Ilmu dan mempopulerkan konsep ini ke dunia internasional. Pesantren At-Taqwa Depok sejak berdirinya tahun 2016 telah mencoba menerapkan konsep pendidikan untuk melahirkan santri-santri yang memiliki budaya ilmu.
Alhamdulillah, setelah delapan tahun berjalan, konsep pendidikan -- yang dirumuskan oleh Prof. Syed Naquib al-Attas sebagai “ta’dib” – mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya. Salah satunya adalah tradisi menulis makalah di kalangan para santri dan kemampuan mereka mempresentasikan makalahnya di hadapan guru, orang tua, pesantren lain, dan di Malaysia.
Sejak tahun 2018, Pesantren At-Taqwa Depok memilih cara mendewasakan anak dengan mendidik mereka menjadi pecinta ilmu dan pecinta dakwah. Sebelum lulus pendidikan tingkat SMA, para santri harus mempresentasikan makalah di Malaysia. Tahun 2023 ini adalah kali keempat.
Tahun 2018 dan 2019, para santri melakukan presentasi makalah di International Islamic University Malaysia (IIUM). Tahun 2022 – setelah era pandemi Covid-19 – presentasi makalah dilaukan di RZS-CASIS Universiti Teknologi Malaysia dan IIUM. Presentasi itu merupakan bagian dari program Rihlah Ilmiah ke Malaysia.
Tahun 2023 ini, Rihlah Ilmiah para santri ke Malaysia berlangsung cukup panjang, yakni 15 hari (31 Oktober – 15 November 2023). Disamping presentasi makalah, para santri juga menerima kuliah dari pakar-pakar pendidikan dan pemikiran Islam dari Indonesia dan Malaysia. Mereka dijadwalkan mengikuti acara Saturday Night Lecture Prof. Wan Mohd Nor di RZS-CASIS Universiti Teknologi Malaysia.
Masih banyak lagi acara ilmiah dan wisata yang mereka jalani, seperti pelatihan Bahasa Jawi (Arab-Melayu) di Akademi Jawi Malaysia, dan mengunjungi kampus-kampus serta tempat-tempat bersejarah di Malaka.
Berbeda dengan sebelumnya, tahun 2023 ini, ada guru-guru dan santri-santri Pesantren Elkisi Mojokerto yang ikut bergabung dalam beberapa acara di Malaysia. Ada juga pimpinan lembaga pendidikan dari Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Diharapkan, bisa terjadi dialog dan evaluasi terhadap program pendidikan yang telah dijalankan.
Para santri Pesantren At-Taqwa Depok yang datang ke Malaysia, rata-rata berumur 17-18 tahun. Secara formal mereka masih duduk di bangku SMA. Aka tetapi, selama di Pesantren, mereka memang sudah mengkaji berbagai aspek pemikiran Islam dan pemikiran kontemporer. Perhatikanlah judul-judul makalah para santri Angkatan Keempat di Pesantren At-Taqwa Depok yang akan dipresentasikan di Malaysia:
Lanjut baca,
KIAT MENANAMKAN BUDAYA ILMU PADA SANTRI DAN PELAJAR (adianhusaini.id)