Artikel ke-1.541
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Bangsa Indonesia sedang dilanda dilema. Indonesia telah menetapkan dirinya sebagai negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu artinya, bagi umat Islam, Indonesia merupakan negara yang berdasar atas Tauhid.
Pada sisi lain, group band asal Inggris bernama Coldplay – yang dikabarkan mendukung LGBT – dijadwalkan akan manggung di Jakarta, pada 15 November 2023. Bahkan, tiketnya pun sudah ludes terjual. Padahal, harganya sangat fantastis, mencapai belasan juta rupiah, per tiket.
Ada juga berita yang menyebutkan, Coldplay merupakan pendukung Palestina. Laman republika.co.id mengabarkan, bahwa pada 2011, halaman facebook resmi Coldplay pernah membuat postingan yang menyerukan agar para penggemar mereka mendengarkan lagu "Freedom for Palestine". Tembang itu merupakan kolaborasi musik yang digagas oleh gerakan OneWorld.
Setelah mengunggah tautan musik video itu, Coldplay langsung mendapat lebih dari 12 ribu komentar beragam. Sebagian penggemar yang tak setuju mengancam akan memboikot band, juga menuntut permintaan maaf kepada Israel. Unggahan itu kemudian dihapus oleh platform Facebook gara-gara banyak dilaporkan pengguna lain.
Selama bertahun-tahun, Martin menuai kemarahan penggemar pro Israel karena sikapnya terhadap Palestina. Pada 2019, saat menggelar konser di Amman, Yordania, seorang penggemar meminta Martin menyanyikan sebuah lagu untuk Gaza. "Saya percaya setiap manusia memiliki hak hidup di bumi ini. Saya tidak setuju dengan penindasan dalam bentuk apa pun," kata Martin kala itu. (https://ameera.republika.co.id/berita/ruws8x425/coldplay-dukung-palestina-sejak-2011-sempat-dituntut-untuk-minta-maaf-kepada-israel).
Jadi, bagaimana umat Islam Indonesia menyikapi rencana konser Coldplay? Sebagian tokoh umat Islam sudah menyerukan agar konser itu dibatalkan. Alasan utama, karena dalam sejumlah konsernya, vokalis Coldplay memang tampak memberikan dukungan kepada LGBT. Hingga kini, belum saya temukan sikap tegas dari Coldplay terhadap LGBT dan rencana mereka saat konser di Indonesia. Sebaiknya, pihak penyelenggara dan Coldplay memberikan klarifikasi.
Belajar dari sejumlah kasus konser sebelumnya, sebaiknya pihak pemerintah Indonesia segera mengundang berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Lakukan dialog secara tertutup untuk mencari solusi. Perdebatan di media – apalagi disertai dengan hujatan-hujatan – akan semakin memanaskan situasi.
Bagi penggemar Coldplay, menghadiri konsernya adalah satu harapan dan kebanggaan. Ada yang rela membayar sampai puluhan juta rupiah, demi bisa menghadiri konser band yang dikaguminya. Patut diperhatikan, banyak juga yang kecewa dan tidak dapat menghadiri konser, karena kehabisan tiket, atau karena tidak memiliki biaya. Ini bisa memancing kecemburuan sosial.
Pada sisi lain, umat Islam juga memiliki ajaran amar ma’ruf nahi munkar. Kata Nabi Muhammad saw, bahwa siapa saja yang melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangan. Ini wewenang penguasa. Jika tidak mampu, lakukan dengan lisan. Jika tidak mampu juga, maka lakukan dengan hati. Artinya, jangan sampai hati kita ridha, apalagi mendukung kemunkaran.
Bahkan, siapa yang melakukan kemunkaran, dan mempromosikannya, maka ia akan menerima dosa dan dosa orang-orang yang mengikutinya. Jadi, orang-orang muslim tidaklah patut mengecam ulama-ulama yang menolak promosi LGBT dan sejenisnya. Sebab, yang mereka lakukan itu – aktivitas dakwah -- merupakan ibadah kepada Allah SWT.
Lanjut baca,