MENINGGALNYA PAUS FRANSISKUS DAN TANTANGAN GEREJA KATOLIK DI ZAMAN KINI

MENINGGALNYA PAUS FRANSISKUS  DAN TANTANGAN GEREJA KATOLIK DI ZAMAN KINI

 

Artikel Terbaru ke-2.198

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Pada 21 April 2025, Paus Fransiskus dikabarkan meninggal dunia pada usia 88 tahun. Situs berita detik.com menulis: “Sosok Paus Fransiskus yang berasal dari Argentina ini membawa pendekatan yang tidak biasa dan lebih berwawasan ke depan untuk Vatikan.”
            Disebutkan juga bahwa sosok Paus Fransiskus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio ini, seperti dilansir CNN, Senin (21/4/2025), mencetak sejarah sebagai Paus pertama yang berasal dari negara non-Eropa selama hampir 1.300 tahun terakhir.
            Paus Fransiskus lahir di Buenos Aires, ibu kota Argentina, pada 17 Desember 1936, dari orang tua keturunan Italia.          Kemampuan kepemimpinannya pun mulai diakui, dan pada tahun 1973, pada usia 36 tahun, dia diangkat menjadi kepala ordo Jesuit di Argentina -- jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1979. Demikianlah petikan singkat tentang kabar meninggalnya Paus Fansiskus dari situs detik.com.

            Berita tentang meninggalnya Paus Fransiskus itu disiarkan secara luas ke seluruh penjuru dunia. Tentu saja itu bisa dimaklumi. Paus bukan hanya seorang pemimpin agama tetapi pemimpin politik dari sebuah negara Vatikan. Banyak pemimpin negara mengirim utusan untuk menyampaikan belasungkawa ke Vatikan.  Presiden Prabowo Subianto mengirim mantan Presiden Joko Widodo ke Vatikan. Jokowi memang presiden Indonesia yang sempat menerima kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia.

            Sampai tulisan ini dibuat, Vatikan masih memproses pemiliha Paus baru, pengganti Paus Fransiskus. Berbeda dengan pendahulunya, Paus Benediktus XVI, Paus Fransiskus lebih dikenal dengan terobosan-terobosan di bidang sosial kemasyarakatan.  Sementara Paus Benediktus dikenal sebagai teolog konservatif yang tegas melawan peradaban modern.

            Sebagaimana agama-agama lain, agama Katolik juga dihadapkan dengan tantangan modernitas dan juga hubungan dengan agama-agama lain. Gereja Katolik pernah bersikap keras terhadap kaum Yahudi. Tetapi, dalam Konsili Vatikan II, 1962-1965, terjadi perubahan besar terhadap ajaran dan kaum Yahudi.  

            Meskipun Konsili Vatikan II sudah banyak mencoba ‘berkompromi’ dengan ‘modernitas’, namun, Gereja Katolik terus dihadapkan pada masalah-masalah pelik, khususnya ketika harus berhadapan dengan nilai-nilai sekularisme dan liberalisme Barat. Paus Fransiskus, misalnya, dikenal memiliki pendekatan yang lebih lunak terhadap kaum LGBT, dibandingkan sikap Paus Benediktus.

            Gereja Katolik juga masih dihadapkan dengan persoalan citra dirinya, terkait dengan isu-isu skandal seks  sejumlah tokohnya.  Prof. Hans Kung, teolog Katolik terkenal asal Jerman, misalnya, menutup bukunya, The Catholic Church: A Short History (New York: Modern Library, 2003), dengan sebuah epilog: “Can The Catholic Church Save Itself”? (Mampukah Gereja Katolik Menyelamatkan Dirinya Sendiri?).

Prof. Hans Kung mengusulkan agar Vatikan  mencabut doktrin ‘celibacy’ (larangan menikah bagi pastor).  Menurut Hans Kung, doktrin celibacy bertentangan dengan Bible (Matius, 19:12, 1 Timotius, 3:2). Doktrin ini, katanya, juga menjadi salah satu sumber penyelewengan seksual di kalangan pastor.  Karena itu Hans Kung menyerukan, “Celibacy sukarela,  Yes! Celibacy paksaan, No!”

Lanjut baca,

 

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/meninggalnya-paus-fransiskus--dan-tantangan-gereja-katolik-di-zaman-kini

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait