Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Hari ini, 21 Mei 2022, tepat 24 tahun usia Orde Reformasi di Indonesia. Orde reformasi ini dimulai pada 21 Mei 1998, saat Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran diri dan digantikan oleh Prof. BJ Habibie.
Hari ini, 21 Mei 2022, sejumlah kelompok melakukan aksi di Jakarta. Aksi memperingati 24 tahun reformasi ini diikuti organisasi buruh, seperti Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI). Aksi juga diikuti beberapa organisasi mahasiswa, yakni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Selatan, GMNI Jakarta Pusat, GMNI Sukabumi, GMNI Papua, dan beberapa mahasiswa lainnya.
Seorang perwakilan massa aksi, Anggi Fauji mengatakan, reformasi hari ini mati lantaran masih adanya beberapa tindakan represif dari aparat kepolisian. "Maksud aripada reformasi mati hari ini dengan beberapa kejadian seperti di Wadas, Papua dan dimana-mana. Nah ini aparat melakukan tindakan represif. Itu yang digugat oleh teman-teman bahwa reformasi hari ini mati," kata Anggi di kawasan Patung Kuda. (https://www.tribunnews.com/nasional/2022/05/21/massa-aksi-demo-21-mei-di-patung-kuda-reformasi-hari-ini-mati).
Menyambut 24 tahun reformasi, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga memaparkan hasil survei selama 5 tahun terakhir. Dalam temuannya, kebebasan sipil Indonesia memburuk. Pendiri SMRC Prof. Saiful Mujani menunjukkan beberapa indikator kebebasan sipil mengalami pelemahan.
Data dari September 2017 sampai Maret 2022 (5 tahun), bahwa sampai pada April 2019, presentase warga yang mengaku puas atau cukup puas terhadap kondisi kebebasan berpendapat relatif tinggi, sekitar 79 persen. "Namun setelah Pemilu 2019, mengalami penurunan yang cukup tajam, dari 79 persen pada April 2019 menjadi 56 persen pada Juni 2020, dan 63 persen pada Maret 2022. Sebaliknya, yang menyatakan kurang atau tidak puas mengalami kenaikan, dari 18 persen pada April 2019 menjadi 33 persen pada Maret 2022," kata Saiful dalam kanal Youtube SMRC TV, Sabtu (21/5/2022). (https://www.tribunnews.com/nasional/2022/05/21/catatan-24-tahun-reformasi-smrc-kebebasan-sipil-di-indonesia-memburuk).
*****
Kita mundur beberapa tahun ke belakang. Pada bulan bulan September 2010, berbagai tempat di pelosok Jakarta dan beberapa daerah bermunculan poster bergambar Mantan Presiden Soeharto sedang tersenyum, sambil berucap: “Piye Kabare? Enak jamanku to?” (Bagaimana kabarnya? Enak zaman saya kan?)
Di berbagai kota, misalnya, poster semacam itu terlihat ditempel di bagian belakang mobil angkutan barang. Poster semacam itu tentu dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa reformasi yang berawal dari penumbangan Presiden Soeharto tahun 1998 lalu, telah gagal memenuhi janji-janjinya. Kini, banyak rakyat Indonesia yang merasakan, ternyata hidup di zaman Soeharto lebih enak daripada di zaman reformasi. Bahkan, sejumlah pakar menyebut, Indonesia sedang menuju kepada sebuah “negara gagal”.
Kantor Berita Radio Nasional (KBRN), pada 12 Mei 2012, menurunkan berita yang menyebutkan: “Hari ini 12 Mei 2012 genap 14 tahun reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa dan masyarakat Indonesia. Gerakan reformasi tidak hanya mampu melengserkan rezim Soeharto dan kroni-kroninya namun juga menjadi angin segar untuk perubahan Indonesia menjadi lebih baik lagi. Reformasi yang harus dibayar mahal dengan jatuhnya korban tewas dari masyarakat sipil, kini dianggap gagal total. Agenda reformasi diantaranya adalah tegakkan supremasi hukum, dan ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN, tidak berjalan sebagai mana mestinya. Korupsi semakin menggurita dan penegakkan hukum masih pandang bulu.” (http://rri.co.id/index.php/detailberita/detail/18714).
Pada 13 September 2012, Mantan Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Adhyaksa Dault melancarkan bukunya yang bertajuk 'Menghadang Negara Gagal (Sebuah Ijtihad Politik). Dalam bukunya, Adhyaksa mengungkapkan hasil penelitian dari organisasi Fund for Peace pada tahun 2011, yang mengatakan Indonesia termasuk salah satu negara dalam zona berbahaya. Dari penelitian itu, Indonesia ditempatkan pada peringkat 63 dari 178 negara. Berarti turun satu tingkat dari tahun 2011. Sebaliknya, negara-negara di kawasan ASEAN, menempati posisi yang lebih baik, seperti Singapura (posisi ke-157), Malaysia (posisi ke-110), dan Thailand (posisi ke-84).
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/merenungkan-perjalanan-24-tahun-reformasi