“NATIVISASI”: TANTANGAN DAKWAH DULU DAN KINI

“NATIVISASI”: TANTANGAN DAKWAH DULU DAN KINI

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Dalam buku Percakapan Antar Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak, Mohammad Natsir menyebutkan, ada tiga tantangan dakwah eksternal yang dihadapi umat Islam Indonesia saat ini, yaitu (1) Pemurtadan, (2) Gerakan sekularisasi dan (3) gerakan nativisasi.  Artikel ini menyoroti masalah nativisasi tersebut.

Dalam nasehat yang disampaikan kepada Prof. M. Amien Rais dan kawan-kawan itu, Pak Natsir mengingatkan perlunya umat Islam mencermati dengan serius gerakan nativisasi yang dirancang secara terorganisir, yang biasanya melakukan koalisi dengan kelompok lain yang juga tidak senang pada Islam, apakah golongan ahlul-kitab maupun golongan sekularis sendiri. 

Nativisasi adalah usaha untuk mengecilkan peran Islam dalam sejarah dan pembangunan bangsa. Digambarkan,  seolah-olah Islam adalah biang keladi kehancuran kejayaan bangsa yang disimbolkan dengan kejayaan Majapahit. Gara-gara perkembangan dakwah Islam – yang dilakukan terutama oleh Wali Songo – Majapahit hancur.

Maka, secara diam-diam dan terus-menerus, dirancang strategi untuk merusak pemikiran dan keimanan umat Islam dengan cara mengembangkan paham syirik. Kadangkala, digunakan aneka rupa istilah indah-indah. Islam diletakkan sebagai ”virus asing” yang bertentangan dengan budaya lokal. Uniknya, pengembangan tradisi syirik di tengah kaum muslim, tak jarang mendapat sokongan pejabat dan pihak asing.

Sebagian kalangan Hindu, bahkan bernafsu ingin mengembalikan orang Jawa agar memeluk kembali agama Hindu. Majalah Media Hindu (Oktober, 2011) menulis: “Kembali menjadi Hindu adalah mutlak perlu bagi bangsa Indonesia apabila ingin menjadi Negara Adidaya ke depan, karena hanya Hindu satu-satunya agama yang dapat memelihara & mengembangkan Jatidiri bangsa sebagai modal dasar untuk menjadi negara maju.”

Salah satu proyek nativisasi yang terkenal adalah diterbitkannya kitab Darmogandul yang sangat melecehkan Islam. Dalam Tesis masternya di Program Magister Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dr. Susiyanto menunjukkan beberapa paragraf dalam Kitab Darmogandul,  yang secara tersurat mencita-citakan kekristenan orang-orang Jawa: 

Serat ‘Arab djaman wektu niki,sampun mboten kanggo,resah sija adil lan kukume, ingkang kangge mutusi prakawis, Serate Djeng Nabi, Isa Rahu’llahu. Artinya,  Serat Arab jaman waktu ini sudah tidak terpakai, hukumnya meresahkan dan tidak adil, yang digunakan untuk memutusi perkara Serat Kanjeng Nabi Isa Rahullah. ”Wong Djawa ganti agama,  akeh tinggal agama Islam bendjing,  aganti agama kawruh, .... Yang artinya, “Orang Jawa berganti agama, besok banyak yang meninggalkan Islam, berganti (menganut) agama kawruh (agama budi)”.

Lanjut baca,

http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/nativisasi:-tantangan-dakwah-dulu-dan-kini

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar