Artikel Terbaru ke-2.139
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam artikelnya berjudul “Puasa: Tazkiyatun Nafs dan Jasad”, di Harian Republika (19/7/2012), Dr. Samsuddin Arif mengutip penjelasan Fakhruddin ar-Razi yang menyatakan, bahwa orang yang ibadah puasa Ramadhan merupakan upaya penyucian jiwa (tazkiyyatun nafs).
Kata Fakhruddin ar-Razi: “Orang yang berpuasa sesungguhnya mensucikan dirinya . Puasa adalah instrumen pembersih kotoran-kotoran jiwa, seperti halnya shalat. Orang yang berpuasa tidak hanya menolak yang haram dan menjauhi yang belum-tentu-halal dan belum-tentu-haram. Jangankan yang syubhat dan yang haram, sedangkan yang jelas halal pun tak dijamahnya. Puasa berfungsi mematahkan dua syahwat sekaligus: yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Demikian kata Imam ar-Razi dalam kitab tafsirnya (Kitab: Mafatih al-Ghayb).
Allah SWT sudah menjamin bahwa orang-orang yang mensucikan jiwanya, pasti akan menjadi orang hebat; orang yang menang dan sukses. Sebaliknya, orang-orang yang mengotori jiwanya adalah orang-orang yang hancur, binasa, dan kalah. (Lihat QS al-Syams: 9-10).
Kita tak henti-hentinya menyerukan agar pemerintah dan juga para tokoh umat Islam menjalankan pendidikan yang ideal, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beliau diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Prestasi pendidikan Rasulullah saw pun sangat fantastis keberhasilannya. Hanya dalam waktu 23 tahun, beliau mampu melahirkan satu generasi terbaik dan kualitasnya jauh lebih hebat dari bangsa Romawi dan Persia di zaman itu. (QS al-Anfal: 65-66).
Hanya empat tahun setelah Rasulullah saw wafat, umat Islam sudah mengungguli Romawi dalam aspek militer dan keilmuan. Pasukan Islam yang menaklukkan Kota Yerusalem tahun 636 M, tidak melakukan pembantaian dan pengusiran kepada orang-orang yang berbeda agama. Tidak ada perusakan rumah-rumah ibadah agama lain. Tidak ada pemaksaan untuk masuk agama Islam. Dan juga tidak ada pengusiran penduduknya dan tidak ada penghancuran bangunan-bangunan.
Dalam bukunya, A History of Jerusalem, Karen Armstrong menggambarkan keindahan penaklukan Kota Yerusalem oleh pasukan Islam itu. Belum pernah prestasi peradaban seperti itu dilakukan oleh umat lain. Bahkan, ketika pasukan Eropa menduduki Kota Yerusalem tahun 1099, mereka melakukan pembantaian yang amat sangat biadab kepada umat Islam dan kaum Yahudi. Di Masjid al-Aqsha terjadi genangan darah setinggi mata kaki, karena banyaknya manusia yang dibantai.
Jadi, pendidikan Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw adalah pendidikan terbaik. Sepatutnya, umat Islam menjadikan beliau sebagai uswah hasanah dalam segala aspek kehidupan. Tujuan pendidikan Rasulullah sangatlah jelas. Yakni, melahirkan manusia-manusia berakhlak mulia. Beliau sendiri menjadi contoh terbaik. Sebab, beliaulah satu-satunya manusia yang akhlaknya sempurna.
Islam memiliki strategi khusus dalam mendidik akhlak. Iman menjadi basis pembentukan akhlak mulia. Rasulullah saw, misalnya, bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya; muliakanlah tetangganya; berkatalah yang jujur atau diam!
Lanjut baca,