Artikel ke-1.845
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Manusia (Bani Adam) adalah makhluk Allah yang mulia. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa (QS Adz-Dzariyat: 56). Karena itu, harkat dan martabat manusia semakin tinggi, jika ia semakin aktif beribadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya.
Dengan kata lain, manusia akan semakin turun derajatnya, jika ia semakin jauh dari Tuhannya; jika ia semakin malas untuk berdzikir dan beribadah kepada Tuhannya. Ketika itulah derajatnya akan semakin mendekati derajat binatang, yang hidupnya hanya untuk makan-makan dan bersenang-senang (QS Muhammad: 12).
Tapi, manusia bukanlah Malaikat. Manusia terdiri atas unsur jasad dan ruh yang keduanya berpadu secara harmonis membentuk satu kesatuan yang unik. Manusia perlu makan. Bahkan oleh Allah, manusia diberikan kemampuan untuk menikmati kelezatan aneka makanan dan juga kelezatan inderawi lainnya.
Islam tidak memerintahkan umatnya untuk menjauhi kelezatan duniawi agar bisa dekat dengan Tuhan. Kita diperintahkan makan dan minum, tetapi jangan berlebihan (QS al-A’raf: 31). Bahkan, makan dan minum bisa menjadi ibadah, asal dilakukan dengan niat dan cara yang baik. Hawa nafsu bukan untuk dimatikan. Tetapi, hawa nafsu harus dikendalikan oleh akal.
Itulah keindahan ajaran Islam yang bertujuan mengangkat derajat manusia ke tingkat yang mulia dan meraih kebahagiaan hidup. Hidup dalam jebakan dan kubangan syahwat tidak akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan hidup.
Manusia yang sudah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuannya (ilahnya), maka ia akan hidup dalam kegelapan. Pendengaran dan hatinya tertutup. Penglihatannya terhalang dari kebenaran dan cahaya (Lihat QS al-Jatsiyah: 23). Manusia seperti ini akan memiliki sifat dan perilaku seperti binatang (Lihat QS Al-A’raf: 175-176, 179, Muhammad: 12, At-Tin).
Lanjut baca,
PENDIDIKAN ITU UNTUK MENGANGKAT MARTABAT MANUSIA, BUKAN UNTUK MERENDAHKANNYA (adianhusaini.id)
