Artikel Terbaru ke-2.103
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id
Dalam Kitabul Arba’in fii Ushuliddin, Imam al-Ghazali menjelaskan, bahwa pelaku amar ma’ruf nahi munkar, harus melakukan tindakannya dengan cara yang lemah lembut dan ikhas karena Allah. Jangan sampai aktivitas itu dilakukan untuk mencari popularitas atau keuntungan duniawi.
Kewajiban menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dibebankan kepada orang mukmin dan mukallaf. Anak-anak tidak dibebani kewajiban ini. Begitu juga orang gila. Khalifah al-Makmun pernah menegur seorang pengkritik yang bersikap keras terhadap dirinya. Dia katakan: “Wahai saudara, Allah telah mengutus seorang (Musa a.s.) yang lebih baik dari dirimu kepada orang yang lebih buruk dariku (Fir’aun) tetapi Allah menuruhnya bersikap lemah lembut.”
Begitulah pentingnya aktivitas dakwah (amar ma’ruf nahi munkar) itu dilakukan dengan ikhlas, lemah lembut dan tentu saja bil-hikmah. Aktivitas menegakkan kebenaran dan mengatasi kejahatan ini merupakan kewajiban bagi semua muslim.
Salah satu sebab Allah menurunkan hukuman kepada umat Islam adalah tidak dijalankannya kewajiban amar ma’ruf nahi munkar (al-amru bil ma’ruf wan-nahyu ‘anil munkar) di tengah-tengah mereka.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin, sangat sangat menekankan kewajiban aktivitas ini bagi kaum Muslimin. Menurutnya, kegiatan ini bersifat fardhu kifayah. Artinya, harus ada sekelompok orang dari kalangan umat Islam, yang serius menekuni aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.
“Dan harus ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada al-khair dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104).
Ayat ini menunjukkan bahwa umat Islam akan beruntung atau akan meraih kemenangan jika melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Logika sebaliknya, umat Islam akan kalah dan terpuruk jika meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar.
Karena itu, amar ma’ruf nahi munkar merupakan ciri khas masyarakat mukmin. “Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian lainnya. Mereka melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan menegakkan shalat.” (QS at-Taubah: 71).
Sebaliknya, salah satu ciri orang-orang munafik adalah melakukan amar munkar dan nahi ma’ruf. Meskipun secara lahiriah, orang munafik berpenampilan seperti laiknya orang muslim, dari hatinya benci dengan kemenangan dan kejayaan Islam dan umatnya.
Orang-orang mukmin juga disebut oleh Allah sebagai umat yang terbaik karena aktivitas mereka yang selalu aktif dalam menegakkan al-ma’ruf dan melawan kemunkaran. “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran.” (QS Ali Imran: 110).
Lanjut baca,