Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
“Tiap-tiap pembawa cita-cita yang besar tentu akan , menghadapi perlawanan. Tidak bisa lain dari begitu. Dan perlawanan itulah yang menjadi pupuk untuk kesuburan cita-cita.” (Surat Prawoto Mangkusasmito dari Penjara Orde Lama, Madiun, 15 Oktober 1962.
*****
Salah satu tokoh pendiri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia adalah Prawoto Mangkusasmito. Ia dikenal sebagai politisi muslim yang tangguh dan lurus. Prawoto adalah Ketua Umum Partai Masyumi, saat partai itu diminta bubar oleh Presiden Soekarno.
Prawoto lahir pada 4 Januari 1910, dan wafat 24 Juli 1970 di sebuah desa, 25 km jaraknya dari Kota Banyuwangi Jawa Timur. Prawoto pernah menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tahun 1949-1950 dan Wakil Perdana Menteri tahun 1952-1953. Pada tahun 1995, Prawoto dianugerahi Bintang Mahaputra oleh Pemerintah Indonesia.
Prawoto Mangkusasmito dikenal sebagai pejuang yang gigih, sederhana, dan memiliki pemikiran yang cemerlang. Saat mengantarkan pemakaman Prawoto, pada 25 Juli 1970, Mr. Muhammad Roem bercerita, bahwa sebelum pergi menemui para petani di Banyuwangi, Prawoto datang ke dr. Ali Akbar, sahabatnya. Ia merasa kondisi badannya kurang sehat. Dan benar, tekanan darahnya mencapai 170.
Ia disarankan tidak berangkat ke Jawa Timur. Tapi, dokter juga tahu, Prawoto tidak akan mengingkari janji kepada rakyatnya. Dan akhirnya, Prawoto Mangkusasmito menghadap Allah di tengah-tengah rakyat yang dicintainya. “Bagi saya, Pak Prawoto pahlawan negara dan agama kita,” kata Mr. Mohammad Roem.
Pemimpin Harian Indonesia Raya, Mochtar Lubis, menulis kesannya tentang Prawoto: “Dia seorang yang lurus hati dan jujur taka da bengkoknya sedikit pun. Dia orang penuh kasih kepada sesame manusia. Dia orang penuh kasih kepada Tuhan. Dia orang penuh kasih kepada rakyatnya… Indonesia kehilangan seorang anak manusia teladannya dengan berangkatnya Prawoto Mangkusasmito ini. Seorang manusia Indonesia yang jarang dapat kita jumpai kini, orang yang penuh integritas, pribadi dan watak yang kuat.”
Tan Eng Kie, dalam media Pos Indonesia, Agustus 1970, berkomentar tentang sosok Prawoto: “Ia bukan seorang politikus yang menggunakan politik untuk mencari duit. Ia berjuang untuk negara dan rakyat Indonesia, dan ini kelihatan sekali dari penghidupannya.”
Pesan-pesan pentin
Dalam sebuah ceramahnya yang diberi judul “Menfokuskan Masa Lampau ke Depan”, Prawoto mengingatkan, bahwa meskipun jumlahnya mencapai 90 persen, tetapi peran umat Islam Indonesia tidak sampai 10 persen. “Kesalahan tidak bisa dilemparkan kepada golongan lain. Harus menyalahkan kepada diri sendiri,” kata Prawoto.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/prawoto-mangkusasmito:-tudinglah-diri-sendiri