Artikel Terbaru ke-2.240
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam beberapa sidang disertasi doktor pendidikan Islam, beberapa calon doktor menyampaikan ungkapan, bahwa: “Madrasah tidak kalah dengan sekolah umum!” Saya sarankan agar ungkapan itu diubah, karena itu refleksi dari rasa rendah diri.
Sebab, yang dimaksud dengan “tidak kalah dengan sekolah umum” adalah anak-anak madrasah itu bisa juga diterima di Perguruan Tinggi Umum, menguasai sains dan matematika, serta gedung madrasah itu bagus-bagus, seperti banyak gedung sekolah umum.
Saya mengingatkan kepada para mahasiswa itu, bahwa Allah sudah menegaskan, “Yang paling mulia diantara kamu adalah yang taqwa!” Rasulullah saw pun sudah mengingatkan, bahwa yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. Juga, sabda beliau, manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.
Nah, itulah nilai-nilai keunggulan utama yang harusnya dimiliki murid-murid madrasah. Jika mereka beriman kuat, taat ibadah, dan akhlaknya mulia, maka sesungguhnya mereka sudah menjadi manusia-manusia yang paling tinggi derajatnya.
Sebab, mereka tidak akan menyalah perintah dan larangan Allah. Mereka menjalankan shalat dengan baik. Mereka jujur, tidak malas, pemberani, cinta ilmu, tidak sombong, tidak pendengki, dan sebagainya.
Keunggulan iman dan akhlak mulia inilah yang seharusnya diseriusi oleh para guru madrasah, sehingga mereka menjadi manusia-manusia terbaik. Di Madrasah, mereka juga mendapatkan pelajaran Akidah-Akhlak. Jadi, tidak perlu merasa rendah diri (minder) jika gedung mereka tak sebagus sekolah umum atau banyak lulusannya yang tidak pintar matematika.
Syahdan, suatu saat, saya melihat sebuah iklan di media online tentang sebuah pesantren yang memasang poster, bahwa sejumlah santrinya tergolong cerdas, karena diterima kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri umum. Iklan itu saya kirimkan kepada pimpinan lembaga tersebut dan saya sarankan agar tidak membuat iklan seperti itu lagi, karena banyak santri cerdas yang menguasai berbagai ilmu agama (ulumuddin) dan kuliah di kampus-kampus Islam.
Sejak era penjajahan, pemerintah kolonial mendirikan banyak sekolah yang menanamkan rasa rendah diri pada anak-anak muslim. Karena itulah, Haji Agus Salim mendidik sendiri semua anaknya dan tidak menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah Belanda.
Mohammad Natsir mendirikan sekolah Pendidikan Islam (Pendis) tahun 1932 yang menanamkan rasa percaya diri pada anak-anak muslim. Menurut Pak Natsir, pendidikan Islam harus mengikis mental rendah diri pada anam-anak muslim.
Lanjut baca,