SAFARI DAKWAH DI BUMI SULTAN BAABULLAH

SAFARI DAKWAH DI BUMI SULTAN BAABULLAH

 (Artikel ke-1.295)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Pada hari Kamis (15/9/2022), saya memulai perjalanan dakwah ke Maluku Utara. Perjalanan kali ini ditemani oleh Ketua Bidang Pendidikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (Dewan Da’wah), yaitu Dr. Ujang Habibie. Sekitar pukul 07.00 WIT (Waktu Indonesia Timur), pesawat mendarat di Bandara Sultan Babullah, Ternate.

            Di bandara, kami dijemput Pimpinan Dewan Da’wah Maluku Utara, yang dipimpin oleh Ketua Majelis Syuro Dewan Da’wah Maluku, Ust. Ridwan M. Elyas dan Ketua Dewan Dakwah Maluku Utara,  Ust. Sofyan Tsaury, alumnus Universitas Islam Madinah.

Ust. Ridwan merupakan tokoh senior di Maluku Utara. Umurnya sudah 70 tahun. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Halmahera Tengah. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Maluku Utara.

Diantara yang ikut menjemput kami juga ada Ust. Usman Muhammad, M.Pd. Ia adalah ketua MUI Kota Ternate. Dalam jamuan makan pagi, Ust. Usman bercerita, bahwa ia adalah dai Dewan Da’wah yang pernah ditugaskan di Papua selama 25 tahun, sebelum akhirnya kembali ke Ternate. Ia mulai bertugas sebagai dai Dewan Da’wah tahun 1979.

Dari sejumlah cerita tentang dakwah di tahun 1970-an itu, bisa dipahami, bagaimana ketajaman bisi Mohammad Natsir dalam dakwah. Tahun-tahun awal 1970-an, Mohammad Natsir – sebagai Ketua Dewan Da’wah – telah mengirimkan dai-dai yang tangguh ke berbagai pelosok Indonesia. Para dai itu “hanya” berpendidikan lulusan SMA. Tapi, mereka sudah siap terjun ke masyarakat.

Baik Ust. Ridwan maupun Ust. Usman Muhammad berkisah tentang kekaguman mereka terhadap visi dan kerja dakwah Pak Natsir. Mereka pernah mengalami sentuhan pembinaan langsung oleh Pak Natsir. Semangat dakwah itu masih terus mereka rasakan, sehingga di usia yang tidak muda lagi, mereka terus aktif dalam dunia dakwah.

Acara utama pada Kamis pagi itu adalah Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Dewan Da’wah Maluku Utara. Tempatnya di Masjid al-Muhajirin, Ternate. Hadir dalam acara itu Kepala Kanwil Kementerian Agama Maluku Utara, Ketua MUI Maluku Utara, Ketua MUI Kota Ternate,  dan juga utusan dari Polda Maluku Utara.

Saat memberikan sambutan, saya menyampaikan tentang pentingnya para pengurus Dewan Da’wah Maluku Utara menggali khazanah kejayaan sejarah Maluku Utara. Sebab, provinsi ini memiliki potensi sejarah yang besar, khususnya di masa kejayaan Kerajaan Ternate dan Tidore. Yang paling tersohor adalah kejayaan dan kepahlawanan Raja Baabullah di Ternate.

Dalam buku berjudul “Sultan-sultan Legendaris dalam Sejarah Maluku Utara” (Ternate: LSIPI, 2020), ditulis satu bab berjudul: “Sultan Babullah, Pemimpin Tangguh dari Maluku Utara.” Disebutkan, bahwa: “Sultan Babullah adalah Sultan Ternate yang paling termasyhur. Ia adalah seorang mujahid yang berani lagi bijaksana. Sebagai seorang mujahid, ia mampu menegakkan keadilan di bumi Moluku Kie Raha dan berhasil membawa Kesultanan Ternate meraih masa keemasannya.”

Sultan Babullah dilantik pada 8 Februari 1570, sebagai Sultan Ternate ke-8. Ia menggantikan ayahnya, Sultan Khairun, yang dibunuh secara biadab di Benteng Portugis. Dalam upaya mengusir Portugis dari Maluku, Sultan Babullah mengeluarkan sejumlah kebijakan, diantaranya: (1) Melarang semua kapal Portugis memasuki wilayah perairan Maluku, dan (2) Melarang konversi orang-orang Islam ke agama Kristen dan membatalkan semua kemudahan yang pernah diberikan Sulyan Khairun kepada misi Jesuit.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/safari-dakwah-di-bumi-sultan-baabullah

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait