SEKEDAR SARAN: PILIHLAH KAMPUS YANG MENDIDIK MAHASISWA JADI INSAN BERADAB

SEKEDAR SARAN: PILIHLAH KAMPUS  YANG MENDIDIK MAHASISWA JADI INSAN BERADAB

 

Artikel Terbaru ke-2.125

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Sudah 47 tahun berlalu! Ketika itu, tahun 1977,  Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas menyampaikan satu gagasan penting bagi dunia Islam. Bahwa, problem utama umat Islam saat ini adalah ‘hilang adab’ (loss of adab). Gagasan itu disampaikan al-Attas di hadapan tiga ratus tiga puluh (330) ilmuwan Muslim yang hadir pada Konferensi Internasional Pendidikan Islam pertama tahun 1977 di Mekkah, Saudi Arabia.

            Pada tahun 2017, gagasan Prof. al-Attas itu digaungkan kembali oleh Dr. Muhammad Ardiansyah, dalam bentuk disertasi doktor bidang Pendidikan Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor. Disertasi yang berjudul “Konsep Adab Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi”.

            Melalui disertasinya, Ardiansyah membuktikan, bahwa konsep adab yang dirumuskan oleh Prof. al-Attas bersifat unik, penting, mendasar, dan aplikatif. Al-Attas bukan saja berhasil membuat rumusan konsep adab yang komprehensif, tetapi al-Attas juga telah membuktikan bahwa konsepnya bisa diterapkan di dunia pendidikan modern, khususnya di Perguruan Tinggi.

            Konsep adab sendiri  bukanlah hal baru dalam ajaran Islam. Para ulama Islam telah menekankan penting dan strategisnya konsep ini. Itu bisa dilihat dari pernyataan para ulama seperti Umar ibn al-Khattab r.a. yang menyatakan taadabû tsumma ta‘allamû (beradablah kalian, kemudian pelajari ilmu). (Lihat, Syekh Abdul Qadir al-Jilani, al-Ghunyah li Thâlibî Tharîq al-Haq, (Beirut:al-Maktabat al-Sya’biyah, tanpa tahun).

            Imam al-Ghazâli (450-505 H) menyebutkan, bahwa adab adalah pendidikan diri,  lahir dan batin (wa al-adab ta’dîb al-zâhir wa al-bâthin) yang mengandung empat perkara: perkataan, perbuatan, keyakinan dan niat seseorang. Hujjat al-Islâm Abû Hâmid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazâli, Raudhat al-Thâlibîn wa ‘Umdat al-Sâlikîn, hlm. 10, dalam Majmû‘ah Rasâ’il al-Imâm al-Ghazâli, (Beirut:Dar al-Kutub al-‘ilmiyyah, 2011)

            Selanjutnya  Ibn al-Qayyim al-Jauziyah (691-751) menyatakan bahwa substansi adab adalah aplikasi atau pengamalan akhlak yang baik (isti’mâl al-khuluq al-jamîl). Karena itu, adab merupakan upaya aktualisasi kesempurnaan akhlak dari potensi menuju aplikasi (istikhrâju mâ fî al-thabî’ah min al-kamâl min al-quwwah ilâ al-fi‘l). (Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Madârij al-Sâlikîn baina Manâzil Iyyâka Na’budu wa Iyyâka Nasta’îned. ’Imâd ’Âmir, (Kairo: Dâr al-Hadîts. 2002) juz. 2).

            Dalam bukunya, The Concept of Education in Islam, Prof. Naquib al-Attas memberi makna “adab” sebagai berikut: “Adab is recognition, and acknowledgement of the reality that knowledge and being are ordered hierarchically according to their various grades and degrees of rank, and of one’s proper place in relation to that reality and to one’s physical, intellectual, and spiritual capacities and potential.

            Prof. al-Attas juga mengaitkan adab dengan hikmah. Bahwa adab adalah tindakan yang benar yang bersemi dari disiplin diri yang dibangun di atas ilmu dan bersumberkan hikmah (right action that springs from self-discipline founded upon knowledge whose source is wisdom).

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/sekedar-saran:-pilihlah-kampus--yang-mendidik-mahasiswa-jadi-insan-beradab

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait