Artikel Terbaru ke-2.076
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Presiden Prabowo Subianto sudah memerintahkan Menteri Pendidikan Tinggi agar mendirikan sekolah-sekolah unggulan di berbagai daerah. Kriterianya: lulusannya bisa diterima di universitas-universitas top dunia. Sekolah tingkat SMA ini dikagorikan sebagai “pre-university”, karena keunggulannya.
Kita berharap, para lulusan sekolah unggul itu nantinya memberikan manfaat kepada bangsa dan negara secara optimal. Jangan bersikap egois dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Sebab, sepandai dan sehebat apa pun mereka, jika tidak memberikan manfaat kepada masyarakat dan bangsanya, maka rugilah upaya yang telah dikeluarkan negara untuk mereka.
Bangsa yang hilang semangat berkorban rakyatnya, maka bangsa itu pun tidak akan berjaya. Dalam risalahnya yang terkenal, Limaadza Taakkharal Muslimun wa-Limaadza Taqaddama Ghairuhum, Syekh Amir Syakib Arsalan mengungkap sejumlah perbandingan, mengapa kaum Muslimin bisa dikalahkan oleh bangsa-bangsa Barat di berbagai lini kehidupan. Salah satu sikap yang menonjol adalah rendahnya sikap rela berkorban kaum Muslim dalam perjuangan.
Sebagai contoh, ia mengungkapkan kesetiaan bangsa Inggris terhadap barang-barang produksinya dan toko-tokonya sendiri, walaupun harganya lebih mahal. “Aku pernah mendengar bahwa bangsa Inggris yang ada di daerah jajahannya, mereka tidak suka membeli barang-barang yang diperlukan terutama barang-barang yang berharga, melainkan mereka mesti membeli (pesan) dari negara mereka sendiri…”.
Lebih jauh tentang sebab-sebab kemunduran umat Islam di awal abad ke-20, diuraikan dengan sangat tajam oleh Amir Syakib Arsalan dalam risalah yang ditulisnya menjawab pertanyaan Syekh Muhammad Basyuni Imran, Imam Kerajaan Sambas, dengan perantaraan Muhammad Rasyid Ridha. Moenawwar Chalil menerjemahkan buku ini tahun 1954 dengan judul Mengapa Kaum Muslim Mundur. (Jakarta: Bulan Bintang, 1954).
Khusus untuk umat Islam, hilangnya semangat berkorban – jiwa, raga, harta, dan sebagainya – itu bersamaan dengan munculnya sikap cinta dunia (hubbud-dunya). Sikap ini muncul karena ilmu yang salah, yang melihat dunia sebagai sesuatu yang lebih penting ketimbang kehidupan akhirat. Kapan saja sikap ini muncul, maka umat Islam tidak akan pernah mengenyam kejayaan. Rasulullah saw sudah mengingatkan, umat Islam akan menjadi sampah (buih), ketika sudah terjangkit penyakit “al-wahnu” (hubbud-dunya dan takut mati) dalam diri mereka.
Kecintaan akan pengorbanan tidak mungkin muncul dalam diri seseorang atau masyarakat, jika tidak didahului dengan tumbuhnya tradisi ilmu yang benar di tengah masyarakat. Bisa dikatakan, tidak ada satu peradaban yang bangkit tanpa didahului oleh bangkitnya tradisi ilmu. Tanpa kecuali, peradaban Islam. Rasulullah saw telah memberikan teladan yang luar biasa dalam hal ini. Di tengah masyarakat jahiliah gurun pasir, Rasulullah saw berhasil mewujudkan sebuah masyarakat yang sangat tinggi tradisi ilmunya. Para sahabat Nabi saw dikenal sebagai orang-orang yang “haus ilmu”.
Lanjut baca,





