Artikel Terbaru ke-2.066
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Semangat Presiden Prabowo untuk membangun Indonesia menjadi negara kuat dan hebat sudah sangat dikenal masyarakat. Program makanan bergizi pun menjadi salah satu program andalan untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Tapi, sekedar saran, sepatutnya, program pembangunan jiwa bangsa jua patut dilakukan dengan amat sangat serius.
Sebab, manusia itu disebut sebagai manusia, terutama karena faktor jiwanya. Dalam bukunya, yang berjudul Pribadi, (Jakarta: Bulan Bintang. 1982, cet. Ke-10), Buya Hamka menulis, bahwa seseorang dihargai adalah karena pribadinya, bukan karena tubuhnya.
Hamka menulis: “Dua puluh ekor kerbau pedati, yang sama gemuknya dan sama kuatnya, sama pula kepandaiannya menghela pedati, tentu harganya tidak pula berlebih kurang. Tetapi 20 orang manusia yang sama tingginya, sama kuatnya, belum tentu sama “harganya”, sebab bagi kerbau tubuhnya yang berharga. Bagi manusia, pribadinya. Berilmu saja, walaupun bagaimana ahlinya dalam suatu jurusan, belum tentu berharga, belum tentu beroleh kekayaan dalam hidup, kalau sekiranya bahan pribadinya yang lain tidak lengkap, tidak kuat, terutama budi dan akhlak.”
Fisik manusia memang wajib dijaga dan diperkuat. Haram hukumnya menyakiti tubuh. Tetapi, menurut Hamka, kadangkala, bagi orang-orang tertentu, kekurangan dalam kesehatan dan kesempurnaan fisiknya, tidak mempengaruhi untuk menjadi pribadi yang hebat.
Socrates, seorang ahli filafat Yunani kuno, tidaklah bagus tampang mukanya. Kepala sulah, perut gendut, dan terkenal hidungnya pesek. Pendeknya tidak ada yang menarik hati kalau hanya dipandang lahir. Tetapi bilamana dia telah mengupas suatu soal dengan murid-muridnya maka seluruh murid itu akan lekat kepadanya.
Contoh lain, sebut Hamka, adalah pribadi hebat dari Panglima Soedirman. Pribadi yang satu ini sungguh luar biasa. Biar pun paru-parunya tinggal sebelah, Jenderal Soedirman memimpin gerilya dengan ditandu; keluar masuk hutan; hujan kehujanan, panas kepanasan. Kelemahan fisiknya tidak menghalangi semangat juang dan kepemimpinannya.
Jadi, kata Hamka, dalam rangka membentuk pribadi, jagalah kesehatan! Dan jika terdapat kekurangan pada badan, pada kesehatan janganlah putus asa membangunkan pribadi yang sejati. Sebab, pribadi yang sejati ada pada jiwa manusia. Bukan pada fisiknya. Pepatah Arab menyatakan: Aqbil ’alan nafsi wastakmil fadhailaha, Fa-anta bin-nafsi la bil-jismi insanun. (Hadapkan perhatian pada jiwa, sempurnakan keutamaannya, Sebab dengan jiwamu, dan bukan dengan badanmu, engkau disebut manusia).
Ketika awal-awal menjadi Presiden Indonesia tahun 2014, Presiden Joko Widodo menggulirkan program Revolusi Mental. Situs Kompas.com (17/10/2014), menurunkan artikel berjudul: ”Jokowi dan Arti "Revolusi Mental".
Lanjut baca,