Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Hari Senin (4 April 2022), Fraksi PKS DPR RI menggelar acara tentang Mosi Integral Mohammad Natsir, dengan pembicara: Andi Widjajanto, M.Sc. (Gubernur Lemhanas), Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. (Wakil Ketua MPR RI), Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. CBE. (Cendikiawan Muslim), Dr. H. Adian Husaini, M.Si. (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia). Tema yang dipilih dalam diskusi ini adalah: “Spirit Transformasi dan Kolaborasi dalam Menjaga Integrasi Nasional”.
Dalam beberapa tahun belakangan, Fraksi PKS DPR-RI secara rutin menggelar acara diskusi tentang Mosi Integral Mohammad Natsir. Dalam acara itu, Ketua Majelis Syuro PKS, Dr. Salim Segaf al-Jufri menyebutkan sejumlah ketaladanan Mohammad Natsir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Habib Salim menjelaskan bahwa Mohammad Natsir mampu mengintegrasikan pemikiran Islam dan nasionalisme dengan proporsional.
Prof. Azyumardi Azra mengajukan saran agar ”Mosi Integral” Mohammad Natsir itu perlu direaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan dalam ”integrasi nasional”. Misalnya, persoalan separatisme yang masih belum teratasi. Ia juga menjelaskan peran ”wasathiyatul Islam” dalam mempersatukan Indonesia, dengan semangat ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah.
Pada kesempatan tersebut, saya kembali menyampaikan tentang keunggulan pemikiran dan integritas probadi seorang Mohammad Natsir. Dengan itu, ia mampu menyampaikan gagasannya dengan baik dan juga bisa diterima oleh berbagai pihak. Sebab, ia dipercaya kredibilitas pribadinya. Mosi Integral dilakukan Natsir dalam kondisi yang tidak mudah, sebab ia harus melakukan lobi dengan berbagai pihak yang berbeda pandangan dan ideologi politiknya.
Keunggulan Mohammad Natsir lainnya adalah penguasannya terhadap khazanah pemikiran klasik dan pemikiran modern. Ia menguasai pemikiran Barat dengan baik. Bahkan, sejak lulus SMA, ia sudah mampu menulis buku dalam bahasa Belanda. Inilah yang membuat Bung Karno memberikan pujian kepada Natsir sebagai mubaligh yang hebat.
Penguasaan Mohammad Natsir terhadap pemikiran-pemikiran para pemikir Muslim klasik bisa dilihat dalam berbagai artikelnya yang mengupas sosok dan pemikiran besar seperti Imam al-Ghazali, Ibnu Thufail, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Abu Nasr Al-Farabi, Ikhwan as-Shafa, juga kupasannya tentang aliran Mu’tazilah dan Ahli Sunnah. Keunggulan pemikiran para pemikir muslim itu dibandingkan oleh Natsir dengan pemikiran para pemikir Barat.
Melalui berbagai tulisannya yang mengupas keagungan sejarah peradaban dan pemikir Muslim, Natsir kemudian menyampaikan pesan yang jelas kepada kaum Muslim: ”Jangan merasa rendah diri melihat kehebatan peradaban Barat!”
Dalam tulisan-tulisannya tersebut, Natsir menjelaskan, bahwa melalui para ilmuwan Muslim-lah, Barat mengenal pemikiran-pemikiran Yunani yang sebenarnya telah terkubur. Sebuah tulisan Natsir yang berjudul ”Jejak Islam dalam Kebudayaan” (Pandji Islam, tahun 1937), menjelaskan bagaimana pengaruh Ibn Haitham pada abad ke-11 terhadap tulisan Leonardo da Vinci, Johan Kepler, Roger Bacon, dan lain-lain.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/diskusi-mosi-integral-di-fraksi-pks-dpr-ri