Artikel Terbaru ke-2.054
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tahun 2020, Fatih Madini (santri Pesantren At-Taqwa Depok yang ketika itu berumur 17 tahun), menerbitkan buku keduanya dengan judul “Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita” (Depok: YPI at-Taqwa, 2020). Dalam buku setebal 381 halaman itu, ia menyampaikan gagasan pentingnya dilakukan reformasi pemikiran pendidikan kita, agar pendidikan kita sukses melahirkan generasi unggul.
Menurut penulis buku itu, ada masalah serius dalam pendidikan kita. Dan itu merupakan masalah mendasar, terkait dengan pemikiran pendidikan. Jika gagal melakukan reformasi pemikiran pendidikan, maka dikhawatirkan akan terjadi bencana pendidikan. Hal ini pernah diingatkan oleh pakar pendidikan dan pemikiran Islam, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, dalam salah satu puisinya berjudul: “Jangan sampai Adam menyesal, dan Iblis berkenduri besar!”
Tujuan pendidikan yang hakiki adalah untuk membentuk manusia yang baik. Iblis akan kenduri besar jika pendidikan dijauhkan dari tujuan mulia tersebut. Yakni, pendidikan hanya diabdikan untuk kepentingan industri, untuk meningkat gaji, mengejar keuntungan materi, mengecilkan peranan iman dan akhlak mulia.
Sekolah atau universitas dianggap hebat, dipandang favorit, jika meluluskan orang-orang yang dapat menghasilkan keuntungan materi. Iman, taqwa, dan akhlak mulia tidak dijadikan sebagai kriteria utama untuk menilai ketinggian derajat seorang sarjana atau lembaga pendidikan. Dalam puisinya, Prof. Wan Mohd Nor menulis: “Anggap sekolah, madrasah tidak berarti/jika gagal meningkat gaji/Universiti tidak dinilai secara insani/hanya patuh nafsu industri.”
Keprihatinan dan kekhuatiran Prof. Wan Mohd Nor itu ditangkap oleh Fatih Madini dan dijabarkan dalam berbagai artikelnya tentang perlunya dilakukan reformasi pemikiran pendidikan. Pendidikan harus dikembalikan pada tujuannya yang sebenarnya, yaitu mendidik manusia agar menjadi manusia yang sempurna (al-insan al-kulliy), sesuai dengan namanya: universitatem, jaami’ah, kulliyyah.
Selama bertahun-tahun nyantri di Pesantren at-Taqwa, Fatih Madini telah mengkaji puluhan kitab-kitab adab para ulama, seperti Adabul Alim wal-Muta’allim, Ta’limul Muta’allim, Bidayatul Hidayah, al-Arba’in an-Nawawiyah, Ihya’ Ulumiddin, Gurindam 12, Siyarus Salikin, dan sebagainya.
Kini, tahun 2024, ia aktif sebagai guru di pesantren dan mengajar beberapa mata pelajaran, seperti Kitab Ta’limul Muta’allim, Islamic Worldview dan sebagainya untuk para santri tingkat SMP dan SMA. Pada tahun 2018, ia menerbitkan buku pertamanya berjudul: “Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia” (YPI at-Taqwa, 2018).
Secara singkat, gagasan perlunya refeormasi pemikiran pendidikan itu dituangkan dalam pengantar bukunya: “Pendidikan, tidak melulu soal ajang tranfer ilmu antara guru dan murid. Pendidikan, bukan hanya ladang guru untuk menjadi “tukang ngajar” dengan tujuan materi. Pendidikan, bukan sekedar ladang murid untuk menumpuk ilmu dan menggali wawasan sedalam-dalamnya. Dan Pendidikan yang sesungguhnya, bukan pula institusi yang secara komitmen melahirkan banyak orang pintar dan pandai, tanpa sedikit pun peduli akan kebaikan dan kebermanfaatan mereka…
Lanjut baca,