Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada sesi terakhir Kuliah Peradaban Barat dan Pengaruhnya terhadap Ilmu dan Pendidikan di Attaqwa College Depok, (12/6/2020), saya menyimpulkan, bahwa solusi untuk memperbaiki pendidikan kita adalah mewujudkan satu Perguruan Tinggi yang ideal. Sebab, dari Perguruan Tinggi inilah akan dilahirkan guru-guru yang berkualitas yang mampu mendidik anak-anak dengan baik.
Ada seorang peserta kuliah bertanya, benarkah kunci kebangkitan peradaban Islam terletak pada kelahiran guru-guru yang baik, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Mohamamd Natsir? Saya menjawab, memang benar, Pak Natsir pernah mengutip kata-kata Dr. Niuwenhuis dari Belanda, bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sekelompok guru yang ikhlas berkorban untuk bangsanya.
Seorang putra Mohammad Natsir bercerita kepada saya, bahwa ayahnya memang mendorong anak-anaknya untuk menjadi guru. Tetapi, “guru” di masa Pak Natsir, bukanlah “seorang tukang ngajar bayaran”. Guru, di masa Pak Natsir, adalah pejuang. Mereka terjun ke masyarakat mendidik masyarakat karena idealisme yang tinggi.
Pak Natsir sendiri menjadi teladan dalam hal ini. Ia memilih menjadi guru – bahkan mengelola sekolah sendiri (Pendidikan Islam/Pendis) – ketimbang melanjutkan kuliah ke Jakarta atau Belanda. Padahal, ia mendapat kesempatan meraih beasiswa untuk itu. Lulus SMA Belanda (AMS Bandung), Pak Natsir memilih menjadi guru di SMP Belanda (MULO), tanpa dibayar.
Para ulama kita paham benar akan arti penting kehadiran guru-guru hebat di tengah masyarakat. Karena itulah, Kyai Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Pesantren Darussalam, Gontor, menasehati para santrinya, agar mereka menjadi “orang besar”.
Apa itu orang besar? “Orang besar” bagi Kyai Imam Zarkasyi bukanlah orang yang memiliki pangkat atau jabatan tinggi, harta berlimpah, atau banyak ilmu. Tapi, ‘orang besar’ adalah orang yang ikhlas mengajar mengaji, walaupun di daerah-daerah terpencil.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/ilmu-bermanfaat,-jadi-guru-hebat