Oleh : Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ada satu satu cara pandang terhadap agama-agama yang populer di dunia akdemik. Yaitu, cara pandang agama-agama yang bersifat evolutif. Semua agama diletakkan dalam perspektif perubahan sejarah. Termasuk perkembangan berbagai teologi.
Ada menyebutkan bahwa dalam sejarahnya agama-agama mengalami perkembangan teologis sebagai hasil evolusi, dari dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, lalu monoteisme, yang dia katakan juga sebagai agama tauhid.
Dalam perspektif evolutif seperti ini, monoteisme dipandang bukan sebagai kebenaran final, karena bisa berkembang, dan menuju pada jenis paham keagamaan lainnya, semisal ateisme. Jadi, sebagaimana agama-agama lainnya, teologi Islam pun dianggap sama dengan agama-agama alinnya,
Tentu saja, cara pandang seperti itu, bertentangan dengan fakta di lapangan dan penjelasan al-Quran al-Karim. Sebagai agama Tauhid, Islam bukanlah hasil evolusi pemikiran manusia. Sebab, agama Tauhid berasal dari wahyu Allah, sehingga sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw, konsep agama Tauhid adalah tetap, dan tidak mengalami evolusi.
Peradaban sekuler yang tidak berdasarkan pada wahyu, tentu saja tidak menggunakan wahyu sumber ilmunya. Karena itu, mereka menempatkan agama sebagai bagian dari gejala budaya yang tumbuh di tengah masyarakat.
Dalam sebuah buku ajar di Perguruan Tinggi Islam dikatakan, bahwa jenis-jenis agama
agama monoteisme – yang diistilahkan juga sebagai agama Tauhid – adalah Islam, Yahudi, Kristen, dan Hindu. Agama Islam, Yahudi, dan Kristen, kata buku ini, adalah satu rumpun. Sedangkan agama Hindu bukan satu rumpun. Namun, disimpulkan, bahwa Islam dan Yahudi adalah agama monoteis yang murni, sedangkan Kristen tidak murni monoteis lagi.
Memang, Islam dan Yahudi adalah agama monoteis. Yakni, kedua agama ini, sama-sama meyakini Tuhan Yang Satu. Misalnya, ada ayat dalam Bibel Yahudi: “Dengarlah Israel, Tuhan kita satu.” Tetapi, jelaslah, bahwa agama Yahudi (Yudaisme) bukanlah agama Tauhid. Sebab,
konsepsi Tuhan versi Yahudi jelas tidak sama dengan Islam.
Konsep Yahudi tentang Tuhan yang satu – beberapa menyebutnya dengan nama Yahweh – jelas sangat berbeda dengan Islam. Yahudi memonopoli Tuhan hanya untuk bangsanya sendiri. Bangsa lain tidak boleh menyembahnya. Ini yang dikatakan sebagai jenis henoteisme. Gambaran Yahudi tentang Yahweh sangat anthoposentris, dan jauh berbeda dengan gambaran Islam tentang Allah SWT.
Misalnya, dalam 1 Samuel, 15:10, dinyatakan: “Aku menyesal karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik daripada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.” Juga, dalam Kitab Keluaran 32:14 dikatakan: “Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancang-Nya atas umat-Nya.” Dalam Keluaran 12:12 pun digambarkan Tuhan yang bercorak manusia itu: “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, Tuhan.” (teks Alkitab versi LAI, 2004).
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/islam-bukan-agama-evolutif