Artike ke-1.379
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Ahad (11/12/2022), dalam acara Open House Pesantren At-Taqwa Depok, saya menjelaskan tentang Tujuan Pendidikan yang terpenting menurut al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS at-Tahrim: 6).
Itulah sebenarnya tujuan pendidikan yang terpenting menurut al-Quran. Yakni: “Menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka!” Siksaan neraka itu begitu keras dan mengerikan. Begitulah yang dijelaskan Allah SWT dalam berbagai ayat al-Quran.
Dalam Gurindam 12, Raja Ali Haji mengingatkan kita: “Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.”
Patut dicatat, bahwa menjaga diri serta keluarga dari api neraka, bukanlah hal mudah, dan bisa dilakukan dengan sambilan, atau asal-asalan! Sabda Nabi Muhammad saw: “Huffatil jannatu bil-makaarih wa-huffatin naaru bil-syahawaat” (Sorga dikelilingi hal-hal yang tidak disukai, dan neraka dikelilingi hal-hal yang disukai, HR. Muslim).
Ayat itu ditujukan kepada para orang tua, khususnya para suami. Seorang laki-laki yang berani menerima amanah sebagai suami, sejatinya telah melaksanakan perjanjian yang amat sangat berat (mitsaqan ghaliidha). Sebab, ia telah mengambil alih tanggung jawab untuk menjaga istrinya dari orang tua atau walinya. Jika ia memiliki anak, maka bertambah pula tanggung jawabnya.
Penting kita renungkan penjelasan dari Ali bin bin Thalib r.a. dalam Tafsir Ibn Katsir, bahwa cara menjaga diri dan keluarga dari api neraka adalah dengan mendidik mereka agar menjadi orang beradab dan berilmu (addibuuhum wa-‘allimuuhum). Dengan adab dan ilmu yang bermanfaat itulah mereka bisa selamat dari jerat-jerat setan yang selalu berusaha menyeret manusia ke jalan kesesatan.
Jadi, hakikatnya, pendidikan itu adalah tanggung jawab orang tua. Orang tua wajib memiliki ilmu dan keterampilan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua harus berusaha mendapatkan hikmah dari Allah agar mampu menjalankan kewajibannya sebagai orang tua. Yakni, mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, sebagaimana dijelaskan dalam QS Surat Luqman: 12-19.
Meraih ilmu dan hikmah agar bisa mendidik anak dengan baik bukanlah pekerjaan sambilan. Tapi, harus dikejar dengan sungguh-sungguh, sebab ini menyangkut tanggung jawab dunia akhirat. Apalagi, kita sedang memasuki era disrupsi, dimana begitu bebasnya arus informasi masuk ke orang tua harus kerja keras meningkatkan ilmu dan keterampilan dalam mendidik.
Jadi, kewajiban orang tua bukanlah menyekolahkan anak, memesantrenkan anak, atau mengkuliahkan anak. Tapi, “mendidik anak!” Sekolah dan perguruan tinggi bisa menjadi salah satu tempat untuk meraih adab dan ilmu yang bermanfaat.
Tetapi, bisa juga tidak! Bahkan, jika niat, tujuan, guru dan kurikulum pendidikannya salah, maka sekolah dan kampus bisa menjadi tempat yang merusak adab dan ilmu anak-anak. Akhirnya, mereka menjadi anak-anak yang tidak beradab dan mendapat ilmu yang mudharat (merusak) bagi diri, keluarga, dan masyarakat. Punya ilmu tinggi tapi tidak berakhlak mulia, akan sangat membahayakan diri, keluarga, dan masyarakat.
Lanjut baca,