Artikel ke-1.563
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Seorang dosen menulis ungkapan sebagai berikut: ”Al-Qur’an juga menjelaskan dalam banyak ayat-ayatnya adanya persaudaraan hanafiyyah samhah dan persaudaraan kemanusiaan. Dalam konsep al-Qur’an, penganut agama Yahudi, Kristen, dan Islam adalah saudara seiman dan sebapak, Ibrahim, meskipun mereka saling berselisih dalam sejarahnya. Agama-agama mereka adalah satu dan berasal dari satu Tuhan. Lebih luas lagi bahkan, selain Yahudi dan Kristen, Islam juga bersaudara dengan seluruh penganut keberagamaan yang benar, yang tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan. Tuhan menurunkan ratusan ribu nabi-nabi dan rasul-rasul yang tidak diceritakan siapa mereka. Karenanya tidak ada alasan untuk mengafirkan dan mengutuk masuk neraka Konfusianisme, Buddha, Mirza Ghulam Ahmad, dan penganut-penganut keyakinan lainnya. Apalagi al-Quran juga menjelaskan, tidak ada perbedaan antar para nabi dan perbedaan dan perselisihan antar-umat beragama harus diserahkan kepada Tuhan saja.”
*****
Ungkapan seperti itu tentu saja sangat berlebihan, alias melampaui batas. Bahkan, kata-kata seperti itu seperti pengaburkan konsep aqidah Islam. Imam al-Ghazali menyatakan: “Saya perlu menegaskan bahwa kufur itu adalah mendustakan Rasulullah saw dalam segala ajaran yang beliau bawa. Sedangkan iman adalah membenarkan (tashdiq) kepada seluruh ajaran yang beliau sampaikan. Oleh karena itu orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah kafir, karena mereka telah mendustakan Rasulullah saw. Demikian pula pengikut Brahmana, mereka juga kafir, bahkan mereka lebih berhak untuk diberi predikat kafir, karena disamping mendustakan Rasulullah saw, mereka juga mendustakan para Rasul terdahulu.” (al-Ghazali, Tauhidullah: Risalah Suci Hujjatul Islam, (Terjemah dari Kitab Fashlut Tafriqah), (Surabaya: Risalah Gusti, 1999, hal. 181).
“Sesungguhnya saya lihat tentang pembahasan-pembahasan orang Nasrani mengenai aqidah mereka sungguh merupakan satu bentuk bengunan akidah yang sangat lemah, lumpuh kekuatannya, tidak rata jalannya, sehingga bagi orang yang benar-benar mempergunakan daya nalarnya akan sampai kepada satu kesimpulan yang sungguh aneh. Kenapa kita tidak berhenti sejenak untuk meluruskan penyelewengan-penyelewengan yang terdapat di dalam suatu keyakinan yang sungguh sangat meragukan?” (Ibid).
“Sesungguhnya mereka sama sekali tidak mempunyai kekuatan kecuali hanya mengikuti dengan taklid buta, mereka memegang teguh teks-teks lahiriah yang dikatakan oleh orang-orang sebelumnya, dan mereka sama sekali tidak bangkit untuk memberikan penjelasan yang benar. Bahkan mereka mengira bahwa yang demikian itu adalah syariat yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Mereka mengakui tidak dapat atau melepaskan keyakinan seperti yang terdapat dalam teks-teks (ayat-ayat), karena meninggalkan ayat-ayat yang telah mereka yakini merupakan satu kekafiran. …”. (Mukaddimah Kitab, dikutip dari buku Yesus dalam Pandangan al-Ghazali, karya Dr. M. Abdullah Syarqawi, (terjemah dari kitab Al-Radd al-Jamil li-Ilahiya Isa bi Sharih al-Injil, karya al-Ghazali oleh: Drs. Hasan Abrori, MA), Pustaka Dai, 1994).
lanjut baca,
JANGAN KORBANKAN IMAN DEMI KERUKUNAN SEMU (adianhusaini.id)