Artikel Terbaru ke-2.155
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Indonesia adalah negeri muslim yang sangat besar, dengan jumlah penduduk muslim sekitar 240 juta orang. Dulunya, negeri ini penduduknya 100 persen bukan muslim. Kini, hampir 100 persen penduduknya muslim. Tugas kita sekarang adalah melanjutkan perjuangan para ulama agar Indonesia menjadi negara hebat, kuat, adil dan makmur dalam naungan ridha Allah SWT (baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur).
Itulah pandangan alam (worldview) yang benar dalam memahami kondisi Indonesia kapan saja. Worldview Islam adalah pandangan Islam terhadap realitas (ru’yatul Islam lil-wujud). Indonesia sedang menghadapi banyak masalah. Itu betul. Dalam perspektif Worldview Islam, masalah-masalah perlu dipahami dan diatasi sesuai dengan derajatnya.
Dalam pandangan Islam, masalah terberat yang perlu diprioritaskan adalah masalah ilmu dan keimanan. Kekeliruan ilmu yang berdampak kepada kerusakan iman harus mendapat prioritas untuk diatasi. Karena itulah, saat ini, merasuknya paham sekularisme dan materialisme parlu mendapat perhatian utama.
Para pelajar dan mahasiswa jangan sampai mendapatkan ilmu yang membuat mereka cinta dunia dan melupakan serta mengecilkan kehidupan akhirat. “Barangsiapa mengenal dunia, maka tahulah ia barang yang terperdaya. Barangsiapa mengenal akhirat, tahulah dia dunia itu mudharat!” begitu tulis Raja Ali Haji dalam Gurindam 12.
Inilah yang diingatkan oleh Mohammad Natsir kepada bangsa Indonesia. Bahwa masalah yang paling serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kecintaan dunia yang berlebihan. Jika umat Islam tidak mengatasi masalah ini, maka bukan tidak mungkin, umat Islam akan hancur dan musnah dari Indonesia. Kondisi ini pernah dialami oleh umat Islam di Andalusia, setelah 800 tahun memimpin.
Karena itulah, umat Islam Indonesia perlu sangat serius dalam menelaah buku-buku yang diajarkan yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pemujaan yang berlebihan terhadap aspek harta dan tahta dengan mengabaikan aspek keimanan dan akhlak mulia akan berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat.
Gejala umum dari paham sekularisme-materialisme ini adalah hilangnya penghargaan terhadap ilmu-ilmu agama dan keengganan untuk mengajarkan ilmu yang sudah diperolehnya. Aneh sekali, jika para santri yang sudah mendapatkan ilmu-ilmu yang tinggi di pesantren, tetapi kemudian enggan untuk mengajarkannya kepada masyarakat. Kuliah di Perguruan Tinggi ditujukan untuk mencari keuntungan dan kejayaan materi semata.
Siapa pun presiden dan menteri pendidikannya, umat Islam wajib mendidik anak-anaknya dengan mengajarkan ilmu yang benar dan memilihkan guru-guru yang benar pula. Kerusakan ilmu akan berdampak kepada kerusakan pemikiran dan selanjutnya terjadinya kerusakan amal.
Lanjut baca,