Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Salah satu keunikan karakter ilmu dalam Islam adalah integrasi ilmu dan akhlak mulia. Orang yang berilmu wajib mengamalkan ilmunya. Ia harus menjadi orang baik. Ulama atau ilmuwan yang jahat akan dimasukkan dengan kategori ‘fasik”, dan kata-katanya harus dicermati, tidak boleh diterima begitu saja.
Banyak ilmuwan muslim yang menjadi teladan dalam ilmu dan akhlak. Salah satu yang terbesar dalam sejarah Islam adalah Ibnu al-Haitsam (w. 1038 M). Tahun 2020 ini, Dr. Usep Muhammad Ishaq – seorang fisikawan muslim alumnus RZS CASIS-UTM Kuala Lumpur -- menerjemahkan dan menerbitkan kitab “Tahdzib al-Akhlaq” karya Ibn al-Haitsam dengan judul “Pendidikan Akhlak” (Bandung: Ellunar, 2020).
Kata “tahdzib” dalam bahasa Arab memang dimaknai sebagai “memperbaiki, memperhalus, atau membetulkan” (reformation, refinement). Penerjemah lebih memilih kata “Pendidikan Akhlak” untuk judul kitab Ibn al-Haitsam ini. Pilihan ini sesuai dengan kandungan kitabnya. Sebelumnya, Dr. Usep telah menerbitkan buku berjudul: “Ibn al-Haytham: Sang Pembawa Cahaya Sains.”
Dalam pengantar terjemahannya, Dr. Usep menulis riwayat kehidupan Ibn al-Haitsam, penulis dari Tahdhīb al-Akhlāq ini. Nama lengkapnya, Abū ‘Alī al- Ḥasan ibn al-Ḥasan Ibn Ibn al-Haitsam. Ia adalah saintis dan matematikawan besar.
Ibn al-Haitsam lahir tahun 354 H/965 M di Kota Basrah, Irak. Karena banyak karyanya diterjemahkan dalam bahasa Latin, nama Ibn al- Haitsam sering dilatinkan menjadi “Alhacen”, “Huchaym” atau lebih dikenal sebagai “Alhazen.” Versi Latin Ibn al-Haitsam yaitu Alhazen kemudian menjadi nama yang popular dalam buku-buku berbahasa Latin pada saat itu. Biografi Ibn al-Haitsam yang cukup lengkap ditulis oleh Ibn Abī Usaybiʿah dalam kitab ‘Uyūn al-Anbā’ Fī Ṭabaqāt al-Aṭibbā’.
Menurut riwayat al-Bayhaqī dalam Tatimmah Ṣiwān al-Ḥikmah, perawakan Ibn al-Haitsam tergolong pendek, pribadinya mulia, sangat cerdas, dan luas ilmunya. Al-Bayhaqī dan Ibn Abī Usaybiʿah menyatakan bahwa pada masanya, tidak ada seorang pun yang menyamai kapasitas Ibn al-Haitsam dalam ilmu matematika.
Ibn al-Haitsam juga memiliki sifat zuhud dan senang kepada kebaikan serta sifat lain yang amat sesuai dengan apa yang ia tulis dalam kitabnya, Tahdzib al-Akhlāq. Jadi, Ibn al-Haitsam bukan hanya menulis kitab tentang pendidikan akhlak, tetapi juga mengamalkan apa yang ditulisnya.
Ibn al-Haitsam menulis sekitar 182 buku dalam berbagai bidang. Sebagian besar karyanya adalah dalam bidang matematika (41%), astronomi (21%), metafisika termasuk yang berkaitan dengan pokok- pokok agama (18%), logika dan ilmu alam (15%). Karyanya yang lain berkaitan dengan pengobatan, sastra, politik, dan akhlak. Bisa dikatakan, Ibn al-Haitsam adalah ilmuwan ensiklopedik – yang menguasai berbagai bidang keilmuan.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/keteladanan-ilmuwan-muslim-dalam-ilmu-dan-akhlak
*Artikel sudah dilengkapi versi audio