KITA SEDANG DIPAKSA KEMBALI KE HAKIKAT PENDIDIKAN KITA

KITA SEDANG DIPAKSA KEMBALI KE HAKIKAT PENDIDIKAN KITA

Oleh: Dr. Adian Husaini  (www.adianhusaini.id) 
 
    Hari Jumat (9 Juli 2021), saya mengisi diskusi tentang pendidikan dengan guru-guru di suatu sekolah Islam di Semarang. Saat itu, moderator menyatakan harapannya, semoga pandemi Covid-19 segera berlalu, dan pendidikan kita kembali normal. Harapan seperti ini sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. 
Banyak orang tua, guru, dan juga murid berharap, agar para murid bisa kembali bersekolah secara normal. Maksudnya, anak-anak  kembali ke sekolah, dan menjalani proses pembelajaran tatap muka, seperti sebelumnya. Dengan begitu, kejenuhan para murid itu bisa dikurangi. 
    Tentu, tidak sedikit orang tua yang sudah "kelelahan" dalam menangani pendidikan anak-anaknya di rumah. Lebih dari setahun, anak-anak itu harus belajar dari rumah, mengerjakan berbagai tugas sekolah, yang dirasakan tidak ringan oleh anak-anak dan orang tua. 
    Kepada beberapa orang yang berharap semoga pandemi segera berlalu, dan pendidikan segera normal kembali, saya katakan, bahwa saat ini, saya merasa, Allah sedang memaksa kita untuk kembali ke era "new normal" dalam pendidikan. Bahkan, saat ini, dengan serangan virus Corona ini, kita sedang dipaksa untuk kembali ke hakikat pendidikan kita. 
    Bahwa, pada hakikatnya, pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua. Orang tualah yang diamanahi oleh Allah SWT untuk mendidik anak-anaknya agar mereka menjadi orang baik; menjadi hamba Allah yang baik; menjadi khalifatullah fil-ardh. Bahwa, pendidikan anak bukan sekedar menyekolahkan atau mengkuliahkan anak agar mereka bisa mendapat pekerjaan yang layak. 
Bukan sekedar itu. Tapi, lebih dari itu. Bahwa, orang tua berkewajiban mendidik anaknya menjadi muslim yang baik, menjadi orang yang bermanfaat. Dengan pandemi Covid-19, anak-anak dipaksa untuk lebih banyak bersama orang tuanya. Itu adalah indikasi penting, bahwa orang tua harus kembali kepada tugas utamanya untuk mendidik anak-anaknya. 
      Sejak tahun 1922, Ki Hajar Dewantara sudah mengingatkan dampak negatif dari sekolah-sekolah model Barat yang hanya mendidik anak-anak dari sisi intelektual dan fisiknya. Kata Ki Hajar:  "Banyak priyayi atau kaum bangsawan yang senang dan menerima model pendidikan seperti ini dan mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah yang hanya mengembangkan intelektual dan fisik dan semata-mata hanya memberikan surat ijazah yang hanya memungkinkan mereka menjadi buruh." 
Karena itulah, Ki Hajar mengembangkan pendidikan dengan nama "Taman Siswa". Jenjang tertingginya bernama "Taman Pamong". Tujuannya, menciptakan orang-orang yang bisa "ngemong" (mengasuh). Itulah guru. Jadi tujuan pendidikan yang utama adalah melahirkan "guru", yakni orang yang bisa mengasuh, bisa "ngemong", atau dikenal juga sebagai "murabbi". 

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/kita-sedang-dipaksa-kembali-ke-hakikat-pendidikan-kita

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar