Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Rencana Israel untuk mencaplok wilayah Tepi Barat terus menimbulkan protes internasional. Berbagai kalangan dari kaum muslim, Kristen, dan bahkan Yahudi, telah menyampaikan keberatan atas rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu itu. Berulang kali Netanyahu mengancam akan mencaplok permukiman warga Yahudi di Tepi Barat, yang dihuni sekitar 700.000 orang Yahudi.
Ironisnya, rencana Israel itu mendapatkan dukungan dari Presiden AS Donald Trump. Sementara sekutu-sekutu dekat AS di Eropa menolak rencana Israel tersebut. Sebab, tindakan negara Yahudi itu dinilai melanggar hukum internasional dan merusak proses perdamaian di Timur Tengah.
Sikap Presiden Donald Trump berbeda dengan sikap Presiden Obama yang pada tahun 2012 menolak rencana Israel untuk membangun 3.000 permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem. Sekjen PBB Ban Ki Moon ketika itu juga mengecam rencana Israel dan menyebut tindakan itu melanggar hukum internasional. Inggris dan Perancis sampai memanggil Duta Besar Israel di negara masing-masing. Dunia Islam tentu saja lebih keras lagi mengecam aksi Israel.
Tapi, seperti biasa, Israel terus membandel. Negara Yahudi ini seperti tak menggubris semua protes yang ditujukan kepadanya. Padahal, sebelum berdirinya negara Israel, tahun 1948, bangsa Yahudi tidak memiliki negara. Tokoh Zionis Israel, Theodore Herzl, menyerukan negara-negara Barat untuk mendukung rencana mendirikan satu negara Yahudi.
Menurut Herzl, problem bangsa Yahudi bukanlah problem sosial atau agama, tetapi problem karena Yahudi adalah "sebuah bangsa tanpa wilayah" (a nation without a land). Karena itu, Herzl meminta, agar negara-negara besar memberi suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan bangsa Yahudi. Ia menulis: "Let sovereignty be granted us over a portion of the globe large enough to satisfy the rightful requirements of a nation, and the rest we will arrange ourselves."
Sejarah kemudian mencatat, Israel berhasil merebut Tanah Palestina dan mengusir jutaan penduduknya. PBB tidak mengesahkan pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang luasnya hanya sekitar 18 persen wilayah Palestina. Tapi, bangsa Yahudi ini tak juga puas.
Lanjut baca,