Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam Islam, ulama menempati posisi sentral. Kata Rasulullah saw: ”Ulama adalah pewaris para nabi” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah). Karena itu, Rasulullah saw memberi amanah kepada para ulama untuk menjaga agama ini. Tentu saja, itu harus dilakukan dengan cara menjaga keilmuan Islam dengan baik.
Rasulullah saw mengingatkan akan datangnya satu zaman yang penuh dengan fitnah dan banyaknya orang-orang jahil yang memberi fatwa. Sabda Rasulullah saw: Bahwasanya Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilih orang-orang bodoh sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang bodoh itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (HR Muslim).
Sepanjang sejarah Islam, para ulama sejati sangat aktif dalam mempertahankan konsep-konsep dasar Islam, mengembangkan ilmu-ilmu Islam, dan menjaganya dari perusakan yang dilakukan oleh ulama-ulama su’, atau ulama jahat. Penyimpangan dalam bidang keilmuan tidak ditolerir sama sekali, dan senantiasa mendapatkan perlawanan yang kuat, secara ilmiah.
Karena begitu pentingnya peran ulama sebagai pewaris Nabi, maka ulama harus memiliki kriteria sebagaimana sifat-sifat para Nabi, yaitu jujur, amanah, cerdas, dan tabligh. Ditambah lagi, ulama harus zuhud (tidak cinta dunia), memiliki kepedulian yang tinggi terhadap umatnya, memiliki kemampuan leadership, dan juga memahami pemikiran kontemporer yang bisa merusak aqidah dan akhlak kaum muslimin.
Ulama adalah produk pendidikan. Ulama tidak dilahirkan atau turun dari langit begitu saja. Ulama lahir dari sebuah proses pendidikan yang panjang. Posisi ulama sebagai pemimpin umat, tidak lahir dari Perguruan Tinggi atau pesantren. Tapi, ia lahir dari dinamika kehidupan masyarakat.
Disamping ulama, umara juga memegang peran penting dalam perbaikan masyarakat. Seperti dikatakan Imam al-Ghazali: ”Rakyat rusak karena umara rusak. Umara rusak karena ulama rusak. Dan ulama rusak, karena cinta harta dan kedudukan.”
Karena itu, ulama dan umara memang dua tiang penyangga umat yang penting. Kedua pilar itu harus mendapatkan perhatian yang penting dan harus ditempatkan dengan adil. Karena itu, usaha untuk melahirkan ulama dan umara, perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam. Lembaga pendidikan Islam, baik keluarga, masjid, madrasah, pesantren, atau Perguruan Tinggi harus berusaha serius untuk melahirkan para ulama dan umara. Lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/melahirkan-ulama-dan-umara-dari-keluarga