Membangun Generasi Pemikir dan Pejuang: Refleksi dan Usulan Reformasi Pendidikan

 Membangun Generasi Pemikir dan Pejuang: Refleksi dan Usulan Reformasi Pendidikan

Pada tanggal 16 November 2025, sebuah peristiwa penting akan diselenggarakan di rumah Buya Hamka di Malaysia, yaitu peluncuran buku karya salah satu santri Pesantren At-Taqwa Depok, Farel Ahmad Wijaksana.

 

Adianhusaini.id, Depok-- Farel, yang baru berusia 18 tahun dan merupakan cicit dari Buya Hamka, adalah santri kelas 3 SMA. Acara ini akan dihadiri oleh Dr. Adian Husaini sendiri, bersama dengan beberapa pakar yang akan mendiskusikan isi buku tersebut.

Farel adalah salah satu dari banyak cucu-cicit Buya Hamka, namun ia masuk Pesantren At-Taqwa enam tahun lalu. Awalnya, ia sama seperti lulusan SD lainnya dan belum menunjukkan keunggulan yang menonjol. Namun, motivasi dan semangat belajarnya tumbuh pesat, mendorongnya untuk sering berdiskusi, menulis, dan belajar dengan serius. Salah satu pemicu motivasi ini adalah pemasangan poster Buya Hamka di pesantren, di samping kutipan menarik dari tokoh-tokoh besar lainnya seperti K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Ahmad Dahlan, Mohammad Natsir, Imam Syafi'i, Profesor Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Raja Ali Haji, dan Profesor Wan Muhammad Nor.

Pesantren At-Taqwa Depok memang dikenal banyak mengkaji pemikiran para tokoh, termasuk Buya Hamka, yang bahkan diajarkan selama satu semester penuh. Pengajarnya adalah Dr. Akmal, seorang doktor pakar pemikiran Buya Hamka yang lulus S1 dari ITB, S2 dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor, dan meraih gelar doktor ilmu sejarah dari UI dengan disertasi mengenai pemikiran Buya Hamka. Farel merupakan murid langsung dari Dr. Akmal.

Buku karya Farel Ahmad Wijaksana direkomendasikan untuk dibaca karena isinya yang sangat menarik dan mendalam. Dr. Adian Husaini berani mengatakan bahwa kualitas tulisan dalam buku ini setara dengan tulisan mahasiswa pascasarjana. Di usia 16-17 tahun, Farel telah memiliki pemikiran yang sangat serius dan analitis, bahkan mampu memberikan solusi terhadap problematika umat dan bangsa.

Salah satu kajian dalam bukunya membahas tentang Hamka dan peradaban Barat, menunjukkan kedalaman referensi dan pemahaman Farel terhadap pemikiran kakek buyutnya. Farel bahkan mengaku telah membaca biografi Buya Hamka sampai empat kali.

Karya-karya Farel menunjukkan keragaman dan kedewasaan tema, seperti:

  • Menjawab Keputusasaan di Antara Dikotomi Kendali Stoikisme dan Konsep Tawakal Islam dalam Kitab Al-Hikam. Menganalisis perbandingan konsep Stoikisme dengan Tawakal dalam kitab Hikam adalah hal yang tidak mudah bagi anak usia 17 tahun.
  • Analisis tentang Ahlussunah wal Jama'ah.
  • Kajian tentang Islam dan Romantisme.
  • Makalah berbahasa Inggris yang berjudul Achieving Perfection through Islamic Education, yang pernah dipresentasikan di Masjid Salman ITB.
  • Analisis respon K.H. Hasyim Asy'ari terhadap westernisasi pendidikan di Indonesia.

Karya Farel mencakup kajian sejarah, pemikiran, dan filsafat, menegaskan bahwa ia bukan anak biasa.

Farel adalah angkatan keenam di Pesantren At-Taqwa Depok yang memiliki budaya literasi yang kuat. Dalam enam tahun terakhir, pesantren ini telah mengumpulkan lebih dari 400 artikel dan sekitar 70 skripsi yang ditulis oleh para santri. Ya, santri setingkat SMA di At-Taqwa diwajibkan menulis skripsi. Saat ini, santri kelas 3 SMA bahkan sedang berada di Malaysia untuk presentasi makalah mereka.

Budaya literasi ini bukan sekadar untuk mencerdaskan, tetapi yang lebih penting adalah untuk menerapkan adab dan akhlakul karimah. Dr. Adian Husaini menekankan bahwa tantangan pemikiran, keimanan, dan akhlak saat ini sangat berat, terutama dengan adanya tantangan kecerdasan buatan (AI). Jika anak-anak hanya bergantung pada AI, mereka berisiko mengalami brain rot (kebusukan otak). Oleh karena itu, mereka harus dilatih untuk berpikir mandiri.

 

Farel bukan satu-satunya contoh. Sebelumnya, ada Fatih Madini yang menulis buku pertamanya, Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia, pada usia 16 tahun (2018). Buku tersebut bahkan dipresentasikan di forum internasional di Malaysia dalam waktu 10 menit di hadapan Profesor Wan Muhammad Nor. Pada usia 17 tahun, Fatih menulis buku lagi berjudul Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita, sebuah kumpulan makalah yang isinya sangat menarik. Ia juga menulis buku Solusi Kekacauan Ilmu dan yang terakhir adalah 15 Topik Aktual sebagai Bekal Menjadi Guru Ideal, yang merangkum kuliah Dr. Adian Husaini tentang menjadi guru dan diperkaya dengan referensi lain.

Contoh lain adalah Azam yang masuk pesantren At-Taqwa saat sudah SMA dan mengulang 2 tahun di program tersebut. Ia kemudian menulis buku Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah, yang berisi cerita-cerita menarik, seperti kisah Bung Hatta yang menunda pernikahan hingga Indonesia merdeka. Azam kemudian menerima penghargaan dari Asoka Foundation sebagai inovator muda dunia dan saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Center for Advanced Studies on Islam, Science and Civilization.

 

Melihat kedewasaan para santrinya, Dr. Adian Husaini mengajukan usulan reformasi pendidikan. Ia telah mengusulkan pentingnya reformasi pendidikan sejak tahun 2017 melalui Roundtable Discussion di Badan Pengkajian MPR.

Salah satu gagasan yang diusulkan adalah mengadopsi konsep Reformasi Usia Pendidikan dari Profesor Nanang Fattah dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Konsep tersebut mengusulkan:

  • SD cukup 4 tahun.
  • SMP 2 tahun.
  • SMA 2 tahun.

Reformasi ini, menurut Prof. Nanang Fattah, tidak hanya menghemat anggaran ratusan triliun, tetapi juga mempercepat proses pendewasaan. Oleh karena itu, kurikulumnya harus dirancang untuk mendewasakan.

Sejarah pendidikan Islam dan sejarah bangsa Indonesia sendiri menunjukkan bahwa tokoh-tokoh besar sudah matang di usia sangat belia:

  • Bung Karno pada usia 15 tahun sudah berguru kepada Cokroaminoto.
  • Buya Hamka pada usia 16 tahun sudah belajar kepada Cokroaminoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
  • Mohammad Natsir pada usia 19 tahun sudah matang dan menulis artikel dalam bahasa Belanda, dan pada usia 24 tahun sudah mendirikan sekolah.

 

Dahulu, usia muda sudah dianggap matang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan reformasi dan pendewasaan anak-anak. Di usia 15 tahun, anak-anak memasuki jenjang SMA, di mana mereka sudah dianggap mukalaf dan akil balig, sehingga mereka harus diajak berpikir dewasa.

Dr. Adian Husaini menekankan bahwa tujuan paling penting dalam mendidik anak adalah agar mereka bermanfaat bagi masyarakat dan bangsanya, dan yang lebih utama, agar mereka selamat dunia akhirat.

Ia menyetujui usulan bahwa pendidikan tingkat SMA diserahkan ke Pendidikan Tinggi (Dikti) karena siswa SMA sudah dianggap dewasa. Inilah yang dibuktikan dengan karya-karya tulis para santri At-Taqwa. Mereka dilatih untuk:

  1. Banyak membaca.
  2. Banyak berdiskusi.
  3. Banyak menulis.
  4. Banyak presentasi.

Santri harus dilatih untuk melahirkan gagasan-gagasan besar, bukan hanya berpikir untuk mencari pekerjaan dan uang setelah lulus kuliah. Pendidikan mencari nafkah itu penting, tetapi jangan berhenti di situ. Cita-cita harus ditingkatkan, yaitu bagaimana menjadi orang yang berguna bagi sesama.

Para santri yang pintar didorong untuk menjadi pemikir, ulama, dan cendekiawan besar di masa depan. Kurikulum di At-Taqwa disusun bukan hanya untuk menyiapkan mereka sampai S1, tetapi untuk memikirkan mereka akan menjadi apa dalam 10 hingga 20 tahun mendatang. Perubahan ini mutlak diperlukan di era sekarang, apalagi dengan bahaya penyalahgunaan informasi di internet, seperti kasus remaja SMA yang belajar membuat bom dari internet.

 

Pendidikan yang sesungguhnya adalah membentuk manusia terbaik, manusia yang diridai Tuhannya, cinta Nabinya, dan tahu untuk apa ia hidup di dunia dan ke mana ia setelah mati. Manusia yang pintar tetapi tidak beradab dan tidak berakhlak adalah kegagalan.

Oleh karena itu, karya-karya pemikiran tinggi yang lahir dari santri tingkat SMA seperti Farel dan teman-temannya adalah sebuah berkah, yang menunjukkan lahirnya generasi penerus keluarga Buya Hamka yang diharapkan dapat menjadi ulama, pemimpin, dan pejuang di masa depan.

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait