Artikel ke-1386
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Sabtu (17/12/2022), saya mengisi acara Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Dewan Da’wah Jawa Barat. Rakorwil itu dihadiri pimpinan Dewan Da’wah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat. Hadir juga ketua Dewan Da’wah Jabar, Ketua Majlis Syuro Dewan Da’wah Jabar, dan Ketua Persatuan Dai Dewan Da’wah Jabar.
Para dai tentu akrab dengan ayat al-Quran yang menempatkan para pejuang di jalan Allah itu sebagai manusia-manusia terbaik: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim!” (QS Fushshilat: 33).
Bahkan, Allah menjanjikan, siapa yang menolong agama Allah, maka Allah pasti akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya! (QS Muhammad: 7). Allah juga mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam organisasi yang rapi. (QS Ash-Shaf: 4). Umat Islam diberikan predikat sebagai umat terbaik (khaira ummah), jika mereka menjadi pejuang menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran. (QS Ali Imran:110).
Karena itulah, Luqman al-Hakim menanamkan jiwa pejuang (ruhud-da’wah) kepada anaknya, sejak dini. “Wahai anakku, dirikanlah shalat dan berjuanglah untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran…” (QS Luqman: 17).
Jadi, begitu banyak ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi yang mengingatkan pentingnya seorang muslim menjadi pejuang dakwah (dai) dalam hidupnya. Bukan hanya itu. Untuk menjadi pejuang dakwah perlu persiapan yang matang; perlu ilmu dan hikmah, sebagaimana para nabi. Sebab, para dai itu pada hakikatnya adalah pelanjut perjuangan para nabi.
Dalam kitabnya, Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali menempatkan bab khusus tentang amar ma’ruf nahi munkar. Disebutkan, bahwa jatuh bangunnya umat, hidup matinya umat, tergantung pada aktivitas dakwah ini. Dan penyebab utama kelemahan dakwah adalah terjangkitnya penyakit “hubbud-dunya”.
Karena begitu penting dan begitu mulianya aktivitas dakwah ini, maka Allah dan Rasul-Nya pun memberikan panduan yang terbaik. Berdakwah bukan asal-asalan; bukan asal bicara atau asal bekerja. Tetapi, dakwah harus dilakukan dengan hikmah, dengan nasehat yang baik, dan berdebat dengan cara terbaik. (QS An-Nahl: 125).
*****
Kepada para pimpinan Dewan Da’wah se-Jabar itu, saya sampaikan saatnya kita mengubah cara pandang kita terhadap makna pendidikan tinggi dan makna kampus terbaik. Sebagai dai, sepatutnya bangga jika anak-anaknya menjadi dai dan kuliah di kampus dakwah. Apaladi, Dewan Da’wah memiliki kampus dakwah (STID Mohammad Natsir) yang telah teruji melahirkan dai selama lebih dari 20 tahun.
STID Mohammad Natsir sudah berkiprah sejak tahun 1999 dan sudah melahirkan lebih dari 600 dai setingkat strata-1. Mereka tersebar ke berbagai pelosok tanah air. Kini, STID Mohammad Natsir pun sudah diperkuat dengan jaringan kampus Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di 29 kota.
Lanjut baca,