MENGAWALI RAMADHAN, JAGALAH IMAN DARI KEKUFURAN

MENGAWALI RAMADHAN, JAGALAH IMAN DARI KEKUFURAN

 Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Dalam beberapa acara tarhib Ramadhan, saya mengajak para hadirin untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan yang utama adalah menguatkan dan menyelamatkan iman. Ini bukan pekerjaan ringan dan mudah. Tetapi, perlu kerja ikhlas dan kerja keras.

Sebab, sepertinya, kita sedang hidup di dalam suatu zaman yang digambarkan oleh Rasulullah saw: di waktu pagi seseorang dalam kondisi mukmin, tetapi sore harinya sudah kafir; dan sorenya masih mukmin, tetapi esok paginya sudah kafir. Semua itu ia lakukan karena ia menjual agamanya dengan godaan-godaan dunia.

            Itu artinya, di zaman tersebut, iman menjadi sangat labil. Iman mudah berganti menjadi kekufuran. Nau’dzubillahi min dzalika. Padahal, jika iman rusak, maka sia-sialah amal perbuatan manusia. Semua amal ibadah menjadi rusak dan tidak ada nilainya karena dasar keabsahannya (iman) sudah rusak. (QS 24:39).

            Karena itu, persiapan iman adalah persiapan terpenting bagi setiap mukmin dalam memasuki bulan Ramadhan. Hanya orang-orang mukmin yang diserukan untuk menjalani puasa Ramadhan. Jika ibadah puasa dijalankan dengan ikhlas dan dengan tata cara yang benar, maka seorang akan menjadi orang taqwa, yakni orang yang paling mulia dalam pandangan Allah SWT. (QS 2:183).

            Dalam khutbah Jumat di Masjid al-Furqan Dewan Da’wah, Jumat (1 April 2022), saya mengajak para jamaah Jumat, agar berhati-hati menerima pemikiran yang bisa merusak keimanan. Misalnya, pemikiran-pemikiran yang jelas-jelas mengharamkan hal-hal yang sudah dihalalkan oleh Allah. Atau sebaliknya, menghalalkan hal-hal yang sudah diharamkan oleh Allah SWT.

            Misalnya, dalam soal perkawinan. Semua ulama bersepakat bahwa muslimah diharamkan menikah dengan laki-laki non-muslim. Maka, adalah hal yang sangat berbahaya, jika seorang sampai berani menghalalkan muslimah menikah dengan laki-laki non-muslim. Jangan sampai seorang muslim justru menentang syariat Islam sendiri, dan lebih membanggakan hukum-hukum yang bertentangan dengan syariat Islam.

            Dalam aspek aqidah, misalnya, Allah sudah menegaskan, bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan satu-satunya yang diterima Allah. Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima oleh Allah, dan di akhirat, ia termasuk orang-orang yang merugi.  (QS 3:19, 3:85).

Juga, misalnya, prinsip ajaran Islam, bahwa tidak ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad saw. Maka, siapa saja yang mengimani ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad saw, ia telah melanggar ajaran Islam yang pokok. Lebih parah lagi, jika ia sampai mengaku sebagai nabi.

Inilah sejumlah contoh ajaran-ajaran pokok dalam Islam. Sepatutnya, umat Islam tidak melampaui batas. Sebab, jika ia mengeluarkan pemikiran atau melakukan sesuatu perbuatan yang termasuk kategori tindakan ”riddah” (murtad), maka itu sangat beresiko terhadap keselamatan keimanannya.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/mengawali-ramadhan,-jagalah-iman-dari-kekufuran

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait