MENJADIKAN MASJID SEBAGAI PUSAT ISLAMISASI ILMU

MENJADIKAN MASJID SEBAGAI  PUSAT ISLAMISASI ILMU

 

Artikel Terbaru (ke-1.562)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Pada hari Jumat (16/6/2023) saya mengisi kajian rutin ba’da subuh di Masjid Raya Bintaro Jaya. Tema ini sudah beberapa kali saya bahas di masjid yang dikenal sangat makmur dan nyaman ini. Pada Jumat pagi itu, saya kembali mengingatkan kepada para jamaah, bahwa problem terberat yang dhadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu.

Ini adalah teori penting yang disampaikan Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas sejak era 1970-an. Bahwa: “The greatest challenge of muslim today is the challenge of knowledge.”  Tantangan berat itu bukan karena kebodohan atau ketidaktahuan (ignorance). Tapi, karena terjadinya confusion of knowledge.

Kondisi ini memunculkan orang-orang yang sangat parah kondisinya, yaitu “orang yang tidak tahu dan tidak tahu kalau tidak tahu”. Orang seperti ini, bisa jadi merasa tahu, padahal tidak tahu. Atau, pengetahuannya salah.

Semoga kondisi ini tidak menimpa kita dan keluarga kita. Sebab, orang yang tidak tahu, tapi merasa tahu, maka tidak akan merasa perlu untuk mencari ilmu. Bahkan, bisa jadi akan menolak kebenaran yang datang padanya. Kita berlindung kepada Allah dari kondisi semacam ini, dengan terus berdoa dan terus mencari ilmu. Kita tidak boleh menutup diri dari datangnya kebenaran.

Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas sudah berpuluh tahun menjelaskan akar krisis yang melanda umat Islam, dan memberikan solusinya. Hal ini diakui oleh Syekh Hamza Yusuf, seorang tokoh muslim AS dan pendiri Zaytuna College di AS. Ia menyatakan:  “I have been Muslim now for 42 years,  I can say with a great deal of conviction that Syed Naquib al-Attas is probably the greatest influence on my understanding on the crisis in the Muslim world and also, of what needs to be done in order to heal that crisis.”

Dalam kajian subuh itu saya contohkan pentingnya setiap muslim memahami “adab terhadap ilmu”.  Bahwa, ilmu itu ada derajat atau tingkatannya. Tidaklah semua ilmu itu sama nilai atau derajatnya. Ilmu tentang keimanan kepada Allah SWT lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan ilmu komputer.

Ilmu yang dipelajari oleh setiap muslim harus mengikuti tata tertib derajat ilmu tersebut. Masalah adab dan ilmu-ilmu fardhu ain harus diutamakan. Misalnya, Rasulullah saw memerintahkan agar anak-anak diperintah mengerjakan shalat  saat berumur tujuh tahun, dan pada umur 10 tahun, mereka sudah harus dipaksa untuk melaksanakan shalat.

Berdasarkan perintah Nabi itu, maka anak-anak yang lulus SD – berumur sekitar 12 tahun -- wajib sudah dapat mengerjakan shalat dengan benar. Ini hal yang wajib. Anak-anak muslim yang lulus SD wajib shalatnya benar, wudhu-nya benar, thaharah-nya benar, mengaji al-Quran-nya benar. Ini prioritas kurikulum pendidikan yang wajib diberikan kepada anak-anak ketika berada di tingkat SD.  

Lanjut baca,

MENJADIKAN MASJID SEBAGAI PUSAT ISLAMISASI ILMU (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait