Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Kita memasuki 1 Muharram 1443 H (10 Agustus 2021) ketika kebijakan pemerintah tentang penanggulangan Covid-19 masih cukup ketat. Sudah setahun lebih kita hidup dalam terpaan pandemi. Rakyat sudah menjerit. Sejumlah pejabat terkesan panik. Kesabaran sudah diambang batas. Sebab, kesulitan ekonomi kian menjepit.
Bagi kita, kaum muslim, musibah apa pun kita maknai sebagai ujian, teguran, atau hukuman dari Allah SWT. Virus Corona ini datang kepada kita atas kehendak Allah. Tujuannya pasti. Kita harus semakin baik; semakin dekat kepada Allah SWT. Sehat dan sejahtera itu harapan kita. Tetapi, sakit pun datang atas kehendak Allah. Jika sabar, pahalanya sangatlah besar.
Sehat atau sakit, pandemi atau normal, kita tetaplah bagian dari umat Islam yang mengemban amanah risalah. Misi utamanya adalah melanjutkan perjuangan menegakkan misi kenabian, yakni menegakkan Tauhid dan mewujudkan rahmatan lil-alamiin. Hidup pasti ada ujian. Ujian ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. (QS al-Baqarah: 156).
Iman pun pasti diuji, agar tampak jelas, siapa yang imannya benar dan siapa yang imannya dusta. (QS al-Ankabut: 2-3). Menjaga iman adalah kewajiban terpenting. Sebab, jika iman hilang, maka sia-sialah semua amal ibadah. (QS an-Nur: 39). Karena itu, pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya, kita maknai sebagai ujian dari Allah SWT.
Tidak ada pilihan dalam menghadapi musibah atau ujian, selain sabar. Sebab, orang yang sabar saat mendapat musibah, maka ia diberi kabar gembira oleh Allah. Orang-orang yang sabar adalah ketika ditimpa musibah, ia mengucapkan "Innaa lillaahi wa-inna ilaihiraaji’uun." (QS al-Baqarah: 156-157).
Betapa nikmatnya menjadi orang beriman. Ia bisa memahami dan menerima kondisi apa pun yang menimpanya. Jika ditimpa kesenangan, ia bersyukur. Tatkala ditimpa musibah, ia bersabar. Kita berdoa, berharap, dan berusaha agar musibah pandemi Covid-19 ini segera dihentikan oleh Allah SWT.
Semua protokol kesehatan, vaksinasi, dan sebagainya, adalah usaha manusia untuk mencegah dan menghentikan penyebaran pandemi ini. Semua itu usaha manusia. Yang menghentikan pandemi ini adalah Allah SWT. Karena itu, jangan sekali-kali menganggap kecil doa-doa orang sholeh, para penuntut ilmu, dan anak-anak yatim, dalam upaya penanggulangan pandemi. Semoga Allah kabulkan doa mereka dan doa kita.