MENYAMBUT SEMINAR BAHASA JAWI DI JAKARTA: SEPATUTNYA INI DIAJARKAN DI SEKOLAH

MENYAMBUT SEMINAR BAHASA JAWI DI JAKARTA:  SEPATUTNYA INI DIAJARKAN DI SEKOLAH

 

Artikel ke-1.436

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Dalam upaya melahirkan generasi gemilang -- yang tidak lupa sejarahnya sendiri -- maka pada Hari Ahad (19 Februari 2023), Pesantren At-Taqwa Depok, menggelar acara istimewa berupa SEMNAR DAN PELATIHAN BAHASA JAWI. Untuk acara ini, didatangkan khusus Direktur Akademi Jawi Malaysia: Mohammad Syukri Rosli, yang merupakan salah satu pakar bahasa Jawi terkemuka di alam Nusantara saat ini.

            Bahasa Arab-Melayu (Bahasa Jawi) telah memainkan peran penting sebagai sarana Islamisasi dan pemersatu Nusantara. Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas menjelaskan peran penting agama Islam dan bahasa Arab-Melayu dalam penyatuan Nusantara.

InsyaAllah, dengan memahami bahasa Arab-Melayu dan peranannya dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, anak-anak muslim Indonesia akan memiliki rasa cinta dan bangga kepada para ulama. Mereka juga paham, bahwa Islam adalah faktor pemersatu alam Nusantara. Islam bukan pemecah belah bangsa.

Jangan sampai anak-anak muslim buta dan lupa sejarah yang sebenarnya. Menurut Muhammad Asad, “No civilization can prosper or even exist after having lost this pride and the connection with its own past.”

            Merujuk kepada rumus Muhammad Asad tersebut, maka kebangkitan Islam di wilayah Nusantara ini tidak akan terjadi jika anak-anak muslim sendiri tidak bangga dengan peradaban Islam dan terputus dari sejarahnya sendiri. Inilah pentingnya memahami sejarah dan bahasa Arab-Melayu, yang di Malaysia dikenal dengan “Bahasa Jawi”.

            Dalam buku “Tradisi Keilmuan Bahasa Jawi”, disebutkan, bahwa Bahasa Jawi didefinisikan sebagai: “Bahasa Melayu yang disuratkan dengan huruf Arab yang dimelayukan, yang bersilsilah daripada tradisi keilmuan Bahasa Islam.”

            Bahasa Jawi (Bahasa Melayu dengan huruf Arab) telah mengalami proses Islamisasi dengan menerima masukan kata-kata Arab-Islam, seperti kata: Allah, Rasul, Sahabat, alam, aqal, ilmu, dunia, akhirat. Ada juga Islamisasi melalui proses perubahan dan penetapan makna baru bagi istilah-istilah yang ada, berdasarkan makna al-Quran dan perbendaharaan ilmu Islam. Misalnya, kata-kata berikut: sorga, neraka, dosa, pahala, titian, sembahyang, puasa. Ada juga penggabungan dua istilah, seperti: puasa sunnah, naik haji, dan qadha’ sembahyang.

            Cara lain adalah dengan penggabungan dua atau lebih kata-kata tunggal bahasa Melayu yang asal dengan makna baru yang istimewa pada pandangan alam (worldview) Islam; dimana tidak pernah terdapat makna seperti itu sebelumnya, seperti ungkapan: “Tuhan Yang Maha Esa”, dan “Suci lagi Mensucikan.”

            Bahasa Jawi ini berkembang selama beratus tahun di Alam Melayu dan pada abad ke-19, muncul dua ulama ahli bahasa Melayu-Jawi terkemuka, yaitu Raja Ali Haji (w. 1873 M) dan Wan Ahmad Muhammad Zayn al-Fatani. Kedua ulama ini telah menerapkan kerangka dan disiplin tradisi keilmuan bahasa Jawi dalam pengesahan, penyuntingan, dan penerbitan kitab-kitab Jawi yang disebarkan ke seluruh Alam Melayu.

            Bahasa Melayu -Jawi inilah yang pada 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa Indonesia. Bahasa ini telah menjadi bahasa pengantar di seluruh wilayah Nusantara. Atas jasa besarnya, Raja Ali Haji dianugerahi gelar “Pahlawan Nasional”. Dari sini jelas, bahwa proses penyatuan Nusantara tidak terlepas dari proses Islamisasi dan penyebaran bahasa Melayu ke wilayah Nusantara.                    

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menyambut-seminar-bahasa-jawi-di-jakarta:--sepatutnya-ini-diajarkan-di-sekolah

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait