Artikel ke-1.707
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 30 Oktober sampai 7 November 2023 saya berada di Malaysia, menemani santri-santri Pesantren At-Taqwa Depok, melakukan Rihlah Ilmiah. Ini adalah kali keempat saya mengikuti acara Rihlah Ilmiah. Acara utama selama Rihlah Ilmiah ke Malaysia adalah Presentasi Makalah para santri di sejumlah universitas di Malaysia.
Tahun 2018, ada empat santri yang menyampaikan presentasi makalah di International Islamic University Malaysia (IIUM). Judul-judulnya: (1) Abdul Samad Al-Falimbani’s Concept: As The Solution of Muslim Internal Problem (Fatih Madini) (2) Critic To Hurlock’s Teenagers Theory (Faris Ranadi) (3) De-Sacralization of Literature (Zein ad-Din) (4) Studi Komparatif Antara Tafsir Syaikh Nawawi Al-Bantani Dan Tafsir Kelompok Liberal (Muhammad Musa).
Tahun 2019, ada delapan makalah yang dipresentasikan di IIUM Kuala Lumpur. Judul-judulnya adalah: (1) Pemuda Islam Di Era Disrupsi: Tantangan, Harapan Dan Agenda (2) Politik Beradab Dalam Pengalaman dan Pandangan Mohammad Natsir (3) Wacana Kesetaraan Gender Dalam Timbangan Adab (4) Belajar Sains Islam Dari Imam Al-Ghazali (5) Tauhid dan Kekuasaan Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, dan sebagainya.
Sedangkan Angkatan ketiga, tahun 2022, mempresentasikan 21 makalah di RZS-CASIS Universiti Teknologi Malaysia dan IIUM. Diantaranya adalah: (1) Raihan Dzikri Hakim (Tafsir Ayat Pendidikan Syaikh Nawawi al-Bantani), (2) -Muhammad Nabil Abdurrahman (Pendidikan Integral Mohammad Natsir Solusi bagi Pendidikan Nasional), (3) Nuswatul Adibah (Pendidikan Indonesia Era Revolusi Industri 4.0 dalam Pandangan Islam), (4) Alima Pia Rasyida (Kiprah Pesantren dalam Perubahan Sosio-Politik di Masa Kerajaan Islam), dan sebagainya.
Pada angkatan keempat ini, ada 12 makalah yang dipresentasikan di Malaysia. Dua makalah dipresentasikan di Universiti Kebangsaan Malaysia, yaitu: (1) Kritik terhadap Pemikiran Abraham Geiger tentang Al Qur'an (Cut Aisyah Kinanti, 17 Tahun ), dan (3). Isnad dalam Tradisi Keilmuan Islam: Urgensi dan Relevansinya di Era Kontemporer (Najda Khadijah Fadilla,18 Tahun).
Beberapa makalah lain di presentasikan di Akademi Jawi Malaysia, Balai Jawi, dan IIUM. Diantara judulnya yaitu: (1). Kontribusi Syeikh Daud al-Fathani dalam Perkembangan Islam di Nusantara (Hanun Hilmiya Hazimah, 17 Tahun), (2) Peran Orang Tua dalam Membentuk Generasi Pemimpin Umat: Studi Komparasi antara Buya Hamka dan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi (Khalishah Inas Tsabitah, 17 Tahun), (3) Hubb ad-Dunya dan Dampaknya Terhadap Peradaban Islam di Andalusia (Aisyah Zahra Ghaisani, 18 Tahun), (4) Kritik Islam terhadap Sekularisme (Abdah Taritsa Haq 19 Tahun), (5) Seni Masjid Nusantara (Isy Karima, 17 Tahun), (6) Jawaban Mustafa As-Siba'i atas Ahmad Amin terkait Kredibilitas Abu Hurairah r.a. (Salma Kamilah Santosa, 17 Tahun), dan lain-lain.
Para santri yang rata-rata berumur 16-18 tahun itu telah menjalani proses pendidikan yang panjang. Sejak awal mula masuk, baik santri maupun orang tuanya diminta memiliki niat yang benar dalam mencari ilmu. Jangan sampai salah niat; tujuan akhir mencari ilmu hanya untuk mencari dunia, baik untuk meraih harta atau jabatan semata.
Setelah itu mereka diberi pemahaman tentang Worldview Islam yang cukup mendalam, sehingga memiliki kerangka dan pola pikir yang benar. Dalam soal keilmuan, ditanamkan adab dan ilmu melalui pengkajian puluhan kitab-kitab tentang ilmu, seperti kitab Adabul Alim wal-Muta’allim, Ta’limul Muta’allim, Ihya’ Ulumiddin, Islam and Secularism, dan sebagainya.
Kajian sejarah juga diberikan secara mendalam; mulai Kajian Sirah Nabawiyah, Hayatus Sahabat, Keagungan Peradaban Islam mulai era Bani Umayyah sampai kejayaan Islam di Nusantara. Para santri pun mendapat kuliah pemikiran KH Hasyim Asy’ari, Mohammad Natsir, Buya Hamka. Masing-masing tokoh itu, dikaji pemikiran dan perjuangannya, selama satu semester.
Agar para santri mampu merangkum dan menyusun gagasan dengan baik, maka mereka dilatih ketrampilan menulis. Sebab, mereka adalah pelanjut perjuangan para nabi dan para ulama kita. Mereka bukan hanya dididik supaya punya ilmu dan ketrampilan untuk bisa hidup dan mencari penghidupan. Tetapi, lebih dari itu, mereka terutama dibekali ilmu dan jiwa yang kuat, bagaimana memahami hidup dan mampu menjalani aktivitas kehidupan yang terbaik, sebagai guru-guru di jalan Allah (QS Fushilat: 33).
Lanjut baca,
MODEL PENDIDIKAN UNTUK KEJAYAAN BANGSA ITU MAKIN JELAS (adianhusaini.id)