Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini)
Nilai suatu perbuatan tergantung niatnya. “Innamaa al-a’maalu bin-niyyati”. Begitu pentingnya masalah niat ini, maka Imam an-Nawawi meletakkan hadits tentang niat sebagai pembukaan kitab haditsnya yang fenomenal, yaitu kitab al-Arba’in an-Nawawiyah. Hadits Nabi itu mengingatkan, bahwa bisa jadi amalnya sangat mulia – yakni hijrah ke Madinah. Tapi, rupanya ada yang hijrah untuk mengejar perempuan. Bukan karena keimanan.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam muslim dikisahkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, di Hari Akhir nanti ada seorang yang syahid di jalan Allah, tetapi justru diseret masuk neraka. Sebabnya, ia berperang di jalan Allah agar dikatakan sebagai orang yang gagah berani; bukan karena Allah SWT.
Ada lagi orang hebat yang diseret masuk neraka. Yakni, seorang yang mencari ilmu dan mengajarkan al-Quran. Ia mengaku melakukan itu semua karena Allah SWT. Tapi Allah berkata: “Kamu dusta!” Orang ini pun diseret ke neraka. Orang ini mencari ilmu supaya dikatakan sebagai orang alim dan ia membaca al-Quran supaya disebut sebagai ‘qari’ (pintar baca al-Quran).
Salah niat begitu fatal akibatnya. Apalagi salah niat dalam mencari ilmu. Ilmu adalah pangkal kebaikan. Tanpa ilmu, amal akan sia-sia, tiada nilainya. Kata Rasulullah saw: “Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya untuk meraih keridhaan Allah, namun ia tidak mencarinya kecuali untuk mendapat keuntungan duniawi, maka pada hari kiamat ia tidak akan mencium bau surga.”(HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad).
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/niat-kuliah-itu-apa